Di televisi terlihat iklan sebuah film baru yang wara-wiri. Judulnya sih "Mahasiswi Baru", tapi ternyata yang dikisahkan memang Maha Siswi atau siswi dengan usia yang maha matang dibanding siswi lainnya, hehehe... Widyawati dengan karakter yang biasanya anggun dalam usianya bikin saya berpikir, koq bisa ya meranin jadi mahasiswi?
Dan tibalah pada masa saya menonton film ini. Sejak awal menonton film ini, tak ada sedetik pun saya berusah memalingkan muka saya dari layar bioskop, seperti pada beberapa iklan film horror yang sebelumnya diputar, hahaha... Film yang awalnya saya pikir lucu ini ternyata bukan lucu tapi lucu bangeet...! Kekonyolan seorang nenek tanpa menjatuhkan wibawanya benar-benar jadi humor tersendiri. Seseorang yang harusnya punya komunitas sebaya di usia senja tapi bergaul dengan mereka yang pantas jadi cucunya malah memunculkan suasana keakraban dan ketulusan geng sahabat.
Sosok Lastri yang diperankan Widyawati ini adalah sosok yang tak pernah bermimpi akan masuk kampus dan bersentuhan dengan teknologi digital 4.0 dengan segala efek sosial yang ditimbulkannyan. Kebayangkan gimana kelucuan saat tugas kuliah yang perlu dikerjakan dengan laptop tapi menggunakan mesin tik dan seorang teman yang sibuk menyapa follower media sosialnya di segala situasi.
Selain itu banyak kelucuan lainnya di film ini akibat gegar budaya seseorang yang masuk ke lingkungan generasi yang berbeda. Belum lagi, aksi pertemanan lima mahasiswa dengan karakter yang berbeda cukup buat otot perut saya tegang karena tertawa.
Saya punya kesan tersendiri dari cerita film ini. Sudah kodrat kita menjadi tua tapi tak semua orang mampu memelihara jiwa muda sampai usia senja. Jiwa muda yang dari semangat dan mimpi yang akan dikejar. Jiwa muda dikala seseorang merasa segala hal mugkin dilakukan jika dia berusaha.
Kelucuan lainnya juga terjadi ketika Lastri yang berusia tujuh puluh tahun harus bertukar posisi dengan sang anak ketika semua tingkah lakunya bersama teman di kampus membuat anaknya pusing tujuh keliling. Sepertinya, asik juga ya kalau sudah jadi nenek tapi masih bisa merasakan seru-seruan bersama sahabat...?
Sepanjang film ini tak ada adegan yang menurut saya di luar logika karena semua hal yang dilakukan oleh para tokoh cukup wajar termasuk mendaftarkan diri untuk kuliah pertama kalinya di usia yang masuk kategori usia pensiun. Lucu, romantis dan ada sedihnya juga. Film ini cukup menghibur dan punya makna. Saya beri nilai film ini 80. Cuma sayangnya, film ini masih kurang pamor dibanding film Indonesia lainnya. Kenapa ya? Apa karena tokoh utamanya sudah berumur? Hmm...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H