Lihat ke Halaman Asli

Lia Wahab

Perempuan hobi menulis dan mengulik resep masakan

Saatnya Infrastruktur Wajib Aman bagi Perempuan dan Kaum yang Rentan

Diperbarui: 24 November 2018   22:29

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber foto: www.pesona.co.id

Anda pastinya sering mendengar terjadinya kasus pelecehan seksual terhadap perempuan di tempat umum yang gelap dan terisolir. Padahal, lokasi itu lazimnya dilalui orang banyak dan semestinya banyak mata bisa ikut mengawasi. 

Selain itu pernah juga kan Anda mendengar kasus pembegalan di jalan raya yang tidak terpantau keamanannya, padahal masih dalam ruang lingkup kota besar? Mahasiswi yang sejatinya banyak kegiatan positif di kampusnya seringkali membatasi ruang geraknya hanya karena takut pulang malam sebab maraknya aksi kriminal terhadap perempuan.

Di luar rangkaian kekhawatiran akan aksi kriminal itu, perempuan yang memiliki karakter fisik yang berbeda dengan laki-laki juga seringkali kurang mendapatkan fasilitas infrastruktur yang layak. Semisal, toilet umum yang kurang tertutup rapat, sanitasinya buruk, tak ada tempat sampah bahkan pengelolaan sampah yang mumpuni padahal perempuan butuh sanitasi lebih dari laki-laki khususnya di saat menstruasi atau nifas. 

Pernahkah juga Anda terpikir seorang ibu yang menggendong bayinya dan harus membuang air kecil dengan toilet seadanya, sempit, tak ada tempat untuk meletakkan bayi sementara? Apakah ia harus menahan kemihnya hanya karena fasilitas untuknya tidak tersedia? Belum lagi penyandang cacat yang menggunakan kursi roda, apakah selalu ada toilet khusus bagi mereka? Ya, infrastruktur yang sudah ada saat ini masih belum sepenuhnya menjamin rasa aman dan nyaman bagi perempuan, anak -anak dan kaum disabilitas.

Di Indonesia, satu dari tiga perempuan mengalami kekerasan fisik dan seksual yang sebagian kasusnya terjadi di infrastruktur publik. Meskipun pemerintah melalui kementerian PUPR sudah berusaha memahami  kebutuhan pembangunan infrastruktur yang bagi semua kalangan tetapi faktanya masih banyak infrastruktur publik belum memenuhi syarat keamanan dan kenyamanan bagi perempuan dan kaum yang rentan.

Sumber foto: Siti Ruchanawati, Staf KIAT

Deputy Director untuk Kesetaraan Gender, Inklusi Sosial, dan Keterlibatan Masyarakat Sipil di Kemitraan Indonesia Australia untuk Infrastruktur (KIAT), Dr Jan Edwards mencatat bahwa seringkali perempuan dan anak perempuan yang tinggal di luar pusat kota memiliki resiko yang lebih besar karena kemiskinan, isolasi, tingkat pendidikan rendah dan layanan dasar yang tidak memadai. 

Perjalanan malam untuk beberapa perempuan dan anak perempuan penuh dengan bahaya, seperti halnya juga perjalanan ke pasar, sekolah, universitas atau tempat kerja-resiko pelecehan seksual dan kekerasan seringkali muncul pada perempuan terjadi pada kegiatan sehari-hari mereka di perkotaan dan pedesaan. 

Ada banyak peluang bagi perempuan untuk bekerja di sektor konstruksi dan transportasi yang didominasi laki-laki, namun ancaman kekerasan, termasuk pelecehan seksual, membuat mayoritas perempuan tidak mempertimbangkan pekerjaan di bidang ini. Pembangunan infrastruktur memiliki peran dalam menciptakan ruang yang aman dan memiliki potensi bagi perempuan untuk maju secara ekonomi.

Dr. Steven Barraclough, Minister Counsellor untuk Investasi Ekonomi dan Infrastruktur, Kedutaan Besar Australia, menekankan bahwa "Infrastruktur merupakan kunci untuk meningkatkan akses ke pendidikan dan layanan kesehatan, serta memperluas peluang ekonomi bagi anak perempuan".

Demikian pentingnya infrastruktur yang layak bagi perempuan dan anak perempuan, selain memberikan rasa nyaman juga bisa mendorong geliat perekonomian lebih baik karena kesempatan kerja bagi perempuan bisa lebih besar. Banyak peluang baik yang dilepas begitu saja oleh perempuan karena alasan keamanan baginya.

Menurut riset dampak jender, Puslitbang Sosekling 2013, ada empat kriteria infrastruktur yang responsif, yaitu: - pemanfaatan universal; dapat dimanfaatkan oleh semua usia dan jenis kelamin dengan segala kondisi fisiknya (termasuk kaum disabel), -keamanan, keselamatan dan kenyamanan; memberikan rasa aman, selamat dan nyaman bagi semua penggunanya, kesetaraan jender untuk kebutuhan mendasar; memberikan kesetaraan aksesibilitas terhadap layanan dasar bagi laki-laki, perempuan, lansia, penyandang disabilitas dan anak-anak, ramah lingkungan; fasilitas yang aman tidak merusak ekosistem lingkungan yang sesuai untuk semua kalangan (inklusif).

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline