Lihat ke Halaman Asli

Lia Wardah

Perantau Baru

Lebaran di Rantauan, Bukan Ketupat yang Dirindukan

Diperbarui: 14 Mei 2021   13:50

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dari kiri: Aku bersama teman kosku, sesaat setelah sholat idul fitri.

Aku berhasil melewati 1 Syawwal 1442H sendirian di rantauan. Sebelumnya, tidak pernah terbersit bayangan akan lebaran sendirian tanpa hangatnya senyum dan gurauan keluarga.  Bagaimanapun, memang ini hari spesial yang berbeda.

Pagi ini kumulai dengan membuka kamar mandi yang berada di dalam kamar kos ku. Sambil gentuyuran karena bangun tidur, aku bersihkan belek di mataku. Setelahnya aku berwudlu karena hendak sholat subuh.

Usai salam, aku sanjungkan dzikirku, ya Allah... ya Nuur... ya Haqqu... ya Mubiin...Pada saat ku ucapkan sanjungan kepada Tuhanku, sayup-sayup terdengar kumandang takbir Idul Fitri. Tiba-tiba aku merasakan sedikit kesedih karena terbayang keriweuhan persiapan sholat idul fitri. Jika di rumah, pasti aku dan saudara-saudaraku diam-diam berebut mandi duluan.

Perihal persiapan sholat ied.

Seperti biasa yang aku lakukan ketika menyambut lebaran di rumah, setelah sholat subuh aku mengambil handuk dan bergegas mandi.
Aku buka lagi pintu kamar mandi kosku. Sambil menunggu emberku penuh dengan air, aku merasakan lebaran ini berbeda. 

Sekilas aku ingat aroma kamar mandi di rumahku. Kamar mandi yang digunakan bergantian oleh lebih dari sepuluh orang setiap pagi menjelang sholat idul fitri itu. 

Aku teringat bau air sumur yang bercampur parfum sabun lux white impress. Kemudian aku tertawa ringan. Haha, kenapa justru kamar mandi yang aku rindukan.
~~~

Setelah mandi, kudengar nada dering ponselku berbunyi tanda ada telepon masuk. Itu adalah video call dari kakakku. Dia memastikan adiknya sudah siap berlebaran. Aku yakin keluargaku di rumah iba dengan kesendirianku ini.
~~~

Masih seputar lebaran. Ternyata ada yang tidak berbeda. Biasanya seusai sholat ied, aku menyantap hidangan ketupat lengkap bersama keluarga. Hal ini bisa aku lakukan di rantauan. Bersama dua teman kos lainnya, aku santap dengan lahap ketupat, rendang, ayam goreng, dan sayur pepaya khas Jakarta yang disiapkan Ibu Nana, pemilik kosan. Sejenak terasa hangat, karena makan bersama kita lakukan dengan penuh cerita dan tawa.
~~~

Lebaranku terasa berbeda bukan karena ketupat yang aku santap, tapi khas adat keluarga di kampung halaman yang tidak bisa didapat. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline