Menikah, tahap baru dalam hidup yang dinantikan banyak pasangan. Realitanya, menemukan pasangan yang tepat tidak semudah itu. Inilah yang dihadapi Dishi dan Dimas. Usia sudah matang tapi tak kunjung punya gebetan, apalagi gandengan. Padahal, keduanya tidak jelek-jelek amat. Apalagi Dimas, tampan dan mapan. Namanya juga cari teman hidup, jadinya perlu banyak pertimbangan yang berujung selektif memilih pasangan. Itulah alasan mengapa hingga usia 30-an mereka tak kunjung berganti status lajang.
Tuntutan sosial agar segera menikah benar-benar membuat keduanya lelah. Bukannya pasrah, tapi pada akhirnya keduanya memilih menikah. Inilah yang membuat kedua orang tua mereka begitu sumringah. Apalagi Dishi dan Dimas sudah saling mengenal sejak SMP sehingga mereka cukup saling mengenal satu sama lain.
Namun, terjadi peristiwa yang begitu membuat Dishi ragu tiba-tiba akan keseriusan Dimas menikahinya. Tepat di hari H, bisa-bisanya Dimas melupakan hal yang paling dalam pernikahan. Cincin kawin, benda berharga itu tertinggal di rumahnya. Untungnya, cincin tersebut berhasil diambil sebelum amarah Dishi meledak di pelaminan.
Berbulan-bulan setelah menikah, Dishi dipertemukan dengan cinta pertamanya, Ditya. Bagi Dishi, sebagai perempuan dirinya memang mengenang cinta pertama tersebut. Pertemuan itu kembali menghidupkan keraguan akan hati Dishi. Dishi menyadari seharusnya hatinya tak boleh goyah karena sekarang dia sudah menikah. Dishi tak ingin menyakiti Dimas meski keduanya menikah bukan atas nama cinta. Untuk itu, semua perasaan dan keraguan itu dia pendam sendiri.
Sementara itu, Dimas merasa aneh dengan tingkah istrinya yang akhir-akhir ini. Terkadang Dishi perhatian, manja, dan cuek. Pokoknya cepat sekali sifatnya berubah hingga Dimas bingung cara menghadapinya. Di sisi lain, Dimas juga bertemu dengan Alia, teman SMP-nya yang pernah ditaksir. Pertemuannya dengan Alia hanyalah kebetulan ketika dia berinteraksi dengan seorang anak kecil bernama Rafa. Anak yang tak lain adalah buah hati Alia.
Baik Dimas dan Dishi masih belum cerita akan pertemuan mereka dengan gebetan masing-masing di masa SMP tersebut. Melihat Rafa, sebetulnya ada keinginan Dimas untuk memiliki anak. Dishi sendiri terus diliputi rasa bersalah akan hatinya yang sempat goyah. Apakah pernikahan Dimas dan Dishi akan tetap harmonis? Mungkinkah keduanya memilih selingkuh? Semuanya ditentukan bagaimana keduanya terbuka dalam berkomunikasi.
Itulah sinopsis singkat akan kehidupan Dishi dan Dimas yang memutuskan menikah meski tanpa cinta. Novel karya Maeta ini termasuk bacaan yang ringan. Ada banyak dialog disisipkan di dalamnya. Alih-alih menyajikan cerita romansa atau keributan rumah tangga, Maeta justru sebaliknya. Novel bercerita pasangan suami istri itu justru menghadirkan gelak tawa dari percakapan antar tokohnya. Ditambah penggambaran karakter Dimas yang kocak, makin membuat suasana pernikahan itu bukan bak Romeo & Juliet tapi komedi.
Bagi yang suka bacaan tanpa diksi yang menyulitkan, novel Bukan Nikah Biasa ini cukup direkomendasikan untuk dibaca. Penggambaran setiap tokohnya memang tidak detail, tapi cukup melengkapi keseluruhan cerita. Novel ini tersedia gratis di iPusnas. Pembaca bisa mengakses ratusan hingga ribuan buku gratis melalui aplikasi tersebut. Aplikasi ini dapat diunduh melalui Google Playstore dan selamat membaca.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H