Lihat ke Halaman Asli

Pemerataan Transportasi Berbasis Rel Guna Mengurangi Polusi Udara

Diperbarui: 20 Agustus 2023   21:03

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Saat ini bumi akan mengalami kenaikan suhu selama lima tahun kedepan. Organisasi Meteorologi Dunia atau World Meteorological Organization (WMO) memprediksi bumi akan melewati ambang batas suhu panas dalam lima tahun ke depan. Hal itu ditandai dengan cepatnya kenaikan permukaan laut, cuaca yang lebih ekstrem, dan matinya ekosistem vital. Suhu bumi terus mengalami lonjakan panas setiap tahunnya karena energi fosil seperti batubara, minyak dan gas masih digunakan.

Di indonesia sendiri telah terjadi fenomena polusi udara yang membuat kualitas udara memburuk. Buruknya kualitas udara di Jakarta be rpotensi memunculkan penyakit infeksi saluran pernapasan akut (ISPA). Hal tersebut terjadi karena aktivitas kendaraan bermotor. Oleh karena itu saat ini diperlukan pengurangan dalam penggunaan bahan bakar minyak pada kendaraan bermotor. salah satu cara untuk mengurangi penggunaan bahan bakar minyak adalah mengoptimalkan pemerataan transportasi umum berbasis rel di Indonesia.

Dibandingkan dengan  transportasi berbasis rel,  tranportasi di jalan raya menyerap 63,8 persen total konsumsi BBM. Sedangkan penggunaan BBM pada transportasi berbasis rel hanya sebesar 0,8 persen. Sehingga dapat dilihat perbedaan yang cukup jauh. Dan dilihat dari segi kapasitas transportasi berbasis rel memiliki daya tampung yang cukup besar dibandingkan dengan bus, bahkan dari segi harga transpotasi berbasis rel juga dinilai cukup hemat dan lebih murah.

Dilihat dari banyaknya manfaat dan kelebihan transportasi berbasis rel ini, apakah untuk saat ini pengoprasiannya akan efektif dan optimal. Perlu kita ketahui bahwa pembangunan kereta api di indonesia sangat lambat dan belum merata. Untuk saat ini pembangunan kereta api hanya terfokus pada pulau jawa dan sumatera. Dan dilihat dari segi waktu, pembangunan transportasi berbasis rel membutuhkan waktu yang tidak sedikit. Sedangkan infastruktur kereta api belum merata di negara ini. 

Selain waktu yang dibutuhkan cukup lama, pembangunan transportasi berbasis rel ini juga memakan biaya yang tidak sedikit sedangkan indonesia juga masih tertinggal pembangunan infrastruktur, contohnya infrastruktur transportasi massal ini. Sedangkan saat ini dapat ditemui fasilitas stasiun dan rel yang belum dimaksimalkan dan berakhir terbengakalai. Bahkan rel yang dibangun di era kolonial Belanda banyak yang dimatikan total. Penyebab diantaranya adalah ketidak meratanya penduduk di Indonesia. 

Pembangunan transportasi berbasis rel diluar kota besar akan kurang efektif untuk menunjang pembangunan ini. Selain itu fasilitas transportasi berbasis rel belum mengalami peningkatan. Di kutip dari laman artikel kompas, sejumlah warganet mengeluhkan fasilitas kereta ekonomi premium yang dinilai tidak sesuai dengan harganya. Mereka menyebut, fasilitas kereta ekonomi premium tidak berbeda jauh dengan ekonomi biasa dari segi kursi dan AC yang tidak dingin dan Terkait dengan seat atau kursi penumpang 2-2 yang dianggap kurang sesuai dengan kelas ekonomi premium.

Dapat disimpulkan pemerataan transportasi berbasis rel belum efektif untuk mengurangi pencemaran udara di Indonesia karena faktor- faktor di atas. Akan membutuh waku yang cukup untuk memaksimalkan dan meratakan fasilitas transportasi berbasis rel ini. Dan pencemaran udara dan lingkungan bukan hanya tanggung jawab pemerintah sepenuhnya, kita perlu ikut serta berkontribusi dalam menjaga lingkungan kita sembari menunggu pemerataan transportasi berbasis rel ini. 

Tanpa kita sadari kita dapat melakukan hal-hal kecil yang dapat membawa pengaruh yang besar untuk lingkungan seperti menggunakan kendaraan tenaga listrik, memanfaatkan teknologi biogas dan bioteknologi, tidak membakar sampah, menggunakan sepeda saat berpergian jarak dekat dan masih banyak lagi hal yang dapat kita lakukan untuk menghindari peningkatan pencemaran udara.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline