Lihat ke Halaman Asli

Sambal.... Ooohh.... Sambal

Diperbarui: 3 Januari 2023   22:04

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: Canva

Cuaca akhir-akhir ini sepertinya kurang bersahabat, kadang hujan dengan derasnya, kadang panas tidak terkira, tapi juga kadang-kadang dingin serta angin yang menusuk hingga ke tulang. Kudengar banyak pula yang sakit, pilek, flu atau demam serta disentri. Di status WA yang ada di kontakku juga kulihat antrian orang-orang yang berobat, baik di Puskesmas, Klinik atau di Rumah Sakit.

Pagi itu seperti biasa, pagi-pagi berangkat bekerja, tapi ketika sedang istirahat, di WA grup teman-teman dekatku, ada yang mau syukuran dan mengundang kami untuk datang setelah selesai bertugas. Karena siangnya tidak ada kegiatan, maka kami sepakat untuk berkumpul langsung di rumah sahabatku. Dan alhamdulillah, sepertinya temanku itu mengerti bahwa kalau pulang kerja, perut kami dalam keadaan yang benar-benar lapar.

Maka dengan tidak menunggu waktu lama, setelah do'a bersama, kami langsung makan hidangan yang telah disediakan. Menunya memang sederhana, yaitu nasi liwet, goreng tahu dan tempe, urap, lauk asin, dan kerupuk. Tapi tentunya menu seperti itu tidak lengkap rasanya tanpa sambal dan lalapan. Kami makan dengan lahapnya, tidak peduli sambalnya yang pedas, tapi bagi perutku yang kadang bermasalah hal itu justru di mulainya masalah baru.

Baru saja beberapa suap perutku langsung tidak enak, mules, nyeri dan perih, juga ada rasa seperti ditusuk-tusuk sampai ke ulu hati,

"Aduuhh ada apa dengan perutku, ya... Allah" gumamku dalam hati.

Tapi karena merasa tidak enak dengan teman-temanku, kutahan terus dan berpura-pura tetap makan, meski nasi liwet dan teman-temannya serta sambal yang rasanya aduhai cuma aku permainkan dengan jari tangan. Akhirnya aku menyerah, mungkin karena kondisiku yang sedang kurang baik. Aku langsung permisi ke belakang dan benar saja semua yang sudah masuk, keluar lagi tanpa bisa kucegah, lebih parahnya lagi aku tak ingat apa-apa.

Ketika kubuka mataku dengan agak berat, yang kulihat sekelilingnya hanyalah dinding berwarna putih, di samping tempat tidur kulihat ke dua buah hatiku dan suami yang tepekur menunduk. Lalu dengan agak dipaksakan, mulutku memanggil suami dan anak-anakku sambil melambaikan tangan yang ternyata sudah terpasang jarum infus. Dengan tergesa-gesa mereka mendekatiku, "alhamdulillah..mama... bagaimana sekarang?"

Tanya anak sulungku sambil memeluk dan menangis, diikuti oleh anak lelaki serta suamiku.

"Nggak apa-apa, mama sudah baikan kok" jawabku menenangkan mereka.

"Makanya ma... Kalau makan pilih-pilih, sahut suamiku.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline