Semakin mudah ditemukannya kasus penipuan online yang menyebabkan korban harus kehilangan uang yang dimiliknya. Membuat jengkel dan mungkin rasa was-was, apalagi jika kehilangan uang yang nominalnya besar . Tentunya, hal ini menjadi kerugian harta. Motif penipuan yang kian beragam, tidak hanya mengincar orang tua tapi juga orang muda juga mudah terseret.
Sebenarnya aspek psikologis apa yang membuat orang mudah tertipu?
Menurut psikolog Dadang Hawari (2013) maraknya kasus penipuan disebabkan sifat konsumtif masyarakat yang tinggi, tetapi tidak diimbangi dengan kecerdasan berpikir.
Hal ini dapat dijadikan pembelajaran, konsumtif ini dapat ditimbulkan oleh perasaan keinginan memiliki sesuatu yang instan. Catatan yang diingat adalah korban mudah diimingi dan tersugesti untuk berfikir kedepan untuk membelanjakan barang yang mungkin ingin memilikinya lebih.
Korban yang cenderung terhasut penipu akan lebih banyak berpikir positif dan hanya melihat satu sisi yaitu indikasi keuntungan, dan mengesampingkan kerugian atau resiko yang akan diterimanya.
Akibatnya korban yang sudah tertipu bisa depresi bahkan stress karena melarat, jika penipuan tersebut melibatkan keuangan yang nilainya ratusan juta. Oleh karena itu perlunya mengenali motif-motif penipuan online.
Berikut merupakan motif yang dapat disimak dan dijadikan bahan referensi agar tidak mudah tertipu oleh media online.
Pertama, pesan SMS dengan tawaran Hadiah Jutaan Rupiah
Mungkin sering sekali kita mendapatkan pesan singkat yang mengisyaratkan bahwa kita menang dalam undian dari aplikasi tertentu. Berikut merupakan pengalaman saya untuk berbagi,
Contoh kasus yang membuat jengkel dan mengetahui benar-benar adanya penipuan adalah ketika mendapat pesan yang pada intinya kita mendapatkan hadiah ratusan juta dari salah satu aplikasi yaitu Shopee, padahal di android kita tidak memiliki aplikasi Shopee dan belum pernah menggunakan aplikasi tersebut.
Berikut merupakan teks yang biasanya didapatkan ketika menerima pesan singkat di handphone