Lihat ke Halaman Asli

Meningkatkan Kemampuan Pengambilan Keputusan Manajer Keperawatan: Strategi Inovatif dengan Nilai Fathonah

Diperbarui: 10 Mei 2024   11:37

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Pengambilan keputusan atau decision making adalah salah satu aspek kritis dalam kepemimpinan keperawatan yang efektif. Mengambil keputusan adalah upaya pencapaian tujuan melalui proses sistematis dalam memilih alternatif (Budiono & Pertami, 2022). Manajer keperawatan harus mengambil keputusan yang tepat dan cerdas dalam mengelola sumber daya, mengarahkan tim, dan memastikan pelayanan keperawatan yang berkualitas. Keputusan yang diambil oleh manajer keperawatan dapat mempengaruhi kinerja perawat. 

Sebagai contoh pada penelitian yang dilakukan oleh Rahayu, et al. (2019) membuktikan bahwa peran pengambilan keputusan oleh kepala ruangan berpengaruh pada kepatuhan perawat pelaksana dalam pelaksanaan hand hygiene sebagai bentuk pencegahan injuri di ruang rawat inap.

Seorang manajer keperawatan perlu untuk terlibat aktif dalam pengambilan keputusan agar dapat memastikan bahwa kualitas perawatan baik dan berkontribusi pada efisiensi operasional dan kepuasan pasien (Rivai, 2022). Penelitian yang dilakukan oleh Tazebew, et al. (2023) mendapati bahwa lebih dari separuh (57,7%) manajer keperawatan di salah satu rumah sakit di Ethiopia tidak teribat aktif dalam pengambilan keputusan. 

Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi hal ini adalah posisi kerja, kurangnya dukungan manajerial, dan kurangnya umpan balik. Berbagai tantangan mungkin akan dihadapi manajer keperawatan dalam pengambilan keputusan. Hal ini mungkin berhubungan dengan gaya kepemimpinan yang diterapkan, komunikasi yang tidak efektif, dan munculnya konflik dengan tim (Aydogdu, 2023). Tantangan lainnya berupa tuntutan tempat kerja, dampak terhadap kesehatan fisik dan psikis, koping dan ketahanan.

Manajer keperawatan haruslah memiliki kecerdasan untuk menghadapi tantangan dan hambatan dalam mengambil keputusan. Kecerdasan sama halnya dengan nilai fathonah dalam kepemimpinan Islam. Hal ini dapat menjadi landasan dalam pengembangan kepemimpinan yang berkelanjutan (Isneni, 2023). Fathonah mencakup berwawasan luas, bijaksana, mampu mengendalikan emosi, dan memiliki inovasi (Muliyandari & Arafah, 2023).

Berwawasan luas

Proses belajar / mencari pengetahuan tidak terhenti saat telah menjadi pemimpin atau memiliki posisi paling atas. Pemimpin dengan wawasan luas akan mampu berpikir kreatif serta peka terhadap situasi dan kondisi dalam setiap perubahan yang terjadi (Darmawan, 2022).

Bijaksana

Selain berwawasan luas, pemimpin harus bijaksana dalam mengambil keputusan. Artinya seorang pemimpin harus mengambil keputusan yang tepat dan tidak tergesa-gesa. Pemimpin yang bijaksana memiliki kemampuan penilaian yang baik, akal sehat, kesadaran diri, dan kerendahan hati (Urrutia, 2022).

Mampu mengendalikan emosi

Tidak hanya cerdas secara intelektual, pemimpin juga perlu memiliki kecerdasan emosional. Kecerdasan emosional artinya kemampuan untuk mengenali dan mengolah emosi dalam diri sendiri dan orang lain. Emosi yang berlebihan tidak baik dalam pengambilan keputusan (Ramadhani & Khotimah, 2023).

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline