Lihat ke Halaman Asli

Lianti P Lontoh

usaha di bidang fashion dan kuliner

Ketika Teroris Itu Kembali Menggila

Diperbarui: 16 November 2016   06:37

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

13 Nov'2016, kami tak akan melupakan Kasih TUHAN, Bapa-Anak-Roh-Kudus yang tetap memberikan kesabaran dan pengampunan dalam hati keluarga korban. Kita semua berharap agar pelaku dan 'calon-calon palaku' mau bertobat dan kembali berpikir secara normal dan waras; bahwa membunuh orang tak mengerti apa-apa, bahkan melenyapkan nyawa sendiri yang berakibat nyawa orang lain hilang juga adalah perbuatan keji dan tidak manusiawi.

Dalam setiap kepercayaan dan keyakinan orang, pasti memiliki spritual yang berbeda untuk membangkitkan kenyamanan perasaan dan psikologi; dan tentu sesuai dengan setiap ajaran kepercayaan dan keyakinan yang dianutnya tersebut. Dan adalah hal yang logis dan secara nalar bahwa setiap kepercayaan, keyakinan dan agama yang dianut tersebut percaya pada berbeda allah. Bila memang berbeda, lalu mengapa harus saling menyakiti; mengapa harus saling membenci. Apakah dengan saling menyakiti dan saling membenci tersebut maka diberi pahala begitu dari Sang Maha Agung yang disembah/dipercayainya sebagai Pencipta? Apakah begitu naifnya manusia ini sehingga 'harus' memaksakan sebuah idiom, "Allahku yang benar, dan Allahmu salah", apakah begitu?

Konyol sekali, sangat konyol; begitu lamanya menempuh studi dari TK sampai S3 lalu harus berakhir dengan kesimpulan: "Allah-kulah yang menciptakan alam semesta ini, bukan Allah-mu; sehingga yang tidak percaya dengan Allahku harus aku lenyapkan". Astaga...... begitu tolol'kah manusia ini sehingga harus berakhir dengan kematian sia-sia? Apa arti Pancasila sebagai dasar negara dan kebangsaan kita, apa arti nilai PMP, budi pekerti bahkan mata kuliah kewiraan? Ilustrasinya, saya berbeda kepercayaan/keyakinan dengan kamu lalu kamu terus mengganggu ibadah saya bahkan ingin melayapkan nyawa saya? Come on, brothers-sisters... negara ini tidak mungkin ada bila hanya karena berbeda kepercayaan/keyakinan yang dianut; bahkan nenek-moyang kita sampai berdagang ke penjuru dunia dan sebaliknya para saudagar asing datang ke bumi pertiwi, tidak mungkin karena sealiran maka mereka saling berinteraksi?

Sedih rasanya The Founding Father bangsa ini bila melihat Indonesia menjadi seperti ini akhirnya, sia-sia darah perajurit kita yang gugur dalam tugas untuk mempertahankan keutuhan NKRI. Dan sia-sia apa yang telah diajarkan oleh guru-guru kita perihal membangun tatanan keilmuan dan peradaban. Pikiranmu hai teroris dan calon teroris sudah dibutakan oleh iblis, iblis telah merasuki hidupmu sehingga setiap orang yang berbeda denganmu harus kau lenyapkan. Hai teroris dan calon teroris suatu saat Dia Yang Maha Adil yang menjadi Hakim antara kau dan kami, agar dunia melihat bahwa apa arti keadilan itu adalah nyata; matamu terus melihat, pikiranmu terus diterangi, hatimu terus dipenuhi kesucian, jantungmu terus berdetak kencang bahwa penyesalan terus melingkupi dirimu namun sudah terlambat.

Teroris dan calon teroris, kalian benar-benar biadap! sangat biadap! nyawa anak kecil harus lenyap oleh tindakan bodohmu, pikiran tololmu; adik itu minta keadilan bagi umurnya yang sesingkat itu. Dia butuh jawaban sampai saat ini! Siapa yang memiliki keberanian seperti keberanian melakukan bom bunuh diri itu untuk menjawab!

1, 2




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline