Saat pembentukan alat kelamin pada janin dalam rahim, bisa saja terjadi kesalahan sehingga terbentuknya seolah-olah Mr.P namun secara fisik Ms.V; demikian sebaliknya. Dalam ilmu Biologi yang dipelajari saat tingkat SMP dan SMA, hormon testosteron mengontrol maskulin yang berujung pada sperma yang diproduksi dan hormon estrogen mengontrol feminitas yang berujung pada sel telur. Artinya bila terjadi kesalahan hormon seksualitas ini sehingga mengubah seseorang menjadi LGBT, tentu sesat jika dikatakan anugerah atau 'lebih menyesatkan' lagi sudah takdir.
Bila ada kesalahan pada organ tubuh termasuk hormon reproduksi dan seksualitas tentu harus diobati, bukan dikondisikan 'seolah-olah' hal tersebut adalah alamiah. Jika jiwanya 'sesat' obati kepada dokter spesialis kejiwaan, jika persoalan psikologi silahkan berkonsultasi ke psikolog klinis. Ini tidak jauh beda dengan seorang anak atau remaja atau orang dewasa jika mengidap sakit AIDS, tentu harus secepatnya dibawa ke fasilitas kesehatan untuk segera diobati.
Dulu saat sekolah dasar, teman saya laki-laki pernah hampir saban hari selalu diganggu oleh anak laki-laki, beda kelas, yang mungkin sekarang baru sadar bahwa teman kami laki-laki ini mengidap penyakit suka sesama sejenis. Karena mungkin teman saya ini sudah merasa terganggu, sehingga dia mengadukan kepada ketua kelas kami untuk 'memberi pelajaran' kepada anak laki-laki ini. Semoga kita semua sadar bahwa LGBT adalah sebuah penyimpangan yang harus diobati agar kembali normal, dan selamatkan anak-anak Indonesia dari penyimpangan LGBT.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H