Kekuatan visual memang tak bisa dipungkiri. Ketika sebuah ucapan tak mampu lagi didengar, maka kreatifitas dan seni yang kemudian berbicara. Sebuah gambar bisa saja secara detail justru 'berbicara' semua.
Perang dan damai, dua kosakata yang memang bertentangan dan menjadi angan. Sebagai seorang mahasiswa lulusan ilmu broadcasting journalism, hati saya tergelitik untuk me-repost berita ini. Sebuah berita ringan yang kemudian justru bisa menarik perhatian (menurut pendapat pribadiku).
Judul tulisan pada sebuah laman ternama yakni "Seniman Yaman Ubah Foto Perang jadi Gambar Penuh Damai dan Cinta". Tergerak hatiku menjelajahi setiap tulisan dan gambar yang tertera disana. Diceritakan bahwa perang saudara yang terjadi di Yaman dianggap kurang mendapat perhatian serius dari media barat, tersaingi oleh berita mengenai ISIS.
Konflik ini menyebabkan bangunan publik porak poranda, lebih dari 6000 jiwa tewas, sementara 2juta lainnya memilih meningggalkan negaranya. Ditengah krisis kemanusian dan ketidakpedulian sosial, seniman yang juga berasal dari Yaman bernama Sabba Jallas justru serukan pesan damai lewat kreatifitas seni yang ia miliki. Apa yang ia lakukan? Ia melukis foto-foto kepulan asap akibat serangan udara, bom atau foto akibat konflik negaranya dengan gambar penuh cinta dan pesan damai.
Media kerap kali melupakan konflik kemanusiaan dan sosial dari sebuah persitiwa perang. Atau bahkan hanya fokus melihat pada sisi perang, ekstrem, penuh rasa ngeri, dampak perang dan lainnya, hanya karena mementingkan kecepatan, ketepatan, aktualitas, dan juga menarik perhatian khalayak. Sisi lain yang kadang terlupakan dalam meliput sebuah peperangan, yakni menunjukkan pula sisi lain pada khalayak. Ya....Jurnalisme Damai
Jurnalisme damai menurutku sederhana. Bagaimana cara seseorang (jurnalis khususnya) untuk dapat membuat khalayak mengerti apa sisi lain pada sebuah konflik atau perang, sebuah sisi humanisme. Dapat menghadirkan pesan damai dari sebuah konflik perang. Apapun bentuknya, seberapa pun besarnya. Dan mungkin saja, Saba Jallas telah melakukannya.
Ketika sebuah gambar 'berbicara'. Mungkin Sabba ingin menyadarkan betapa indahnya hidup harmonis penuh damai dan cinta. Maka ia menghadirkan gambar-gambar ini.
Sabba Jallas mengaku, ia mendapat inspirasi dari seniman Palestina yang menggambar ulang asap dan ledakan di Gaza pada 2014 dengan gambar-gambar penuh harapan indah mengenai masa depan negara yang lebih baik (yang entah kapan akan terjadi). Jallas memulai imajinasinya melalui ponsel pribadinya. Memposting di akun facebook miliknya, kemudian gambar itu akhirnya membawa simpati dari berbagai kalangan di belahan dunia.
Inspirasi yang ia tuangkan pada lukisan atau gambar miliknya kebanyakan perempuan dan anak-anak, tak ketinggalan juga bunga-bunga. Simbolis menunjukkan kecantikan dan pertumbuhan (mungkin bagi negaranya, Yaman). Ia berharap konflik atau perang sipil di Yaman segera berakhir. Ia akan tetap berbicara, menyerukan suara melalui karya miliknya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H