[caption caption="Sumber : Pix*bay.com"][/caption]
Beberapa hari yang lalu sempat beredar bahwa akan adanya legalitas status hukum dan eksistensi mengenai LGBT di Indonesia melalui pesan broadcast di di jejaring media sosial. Kasus ini menjadi suatu polemik yang hangat tahun ini.
Berbicara LGBT? Apa sih LGBT itu? LaGi BeTe? Bukan ! Lo Gue Berani Tantang? Bukan juga ! Jadi tuh gini, LGBT adalah singkatan dari Lesbian Gay Bisexual Transgender, apaah?? Ya itu singkatan dari itu, mereka adalah suatu perkumpulan yang bisa disebut komunitas LGBT, dimana mereka ingin memperjuangkan hak-hak mereka sebagai makhluk sosial yang memiliki perasaan dan perlu di akui keberadaanya.
Mengapa bisa ada LGBT di Indonesia? Ya hal ini siapa yang mengira? Ini adalah suatu kondisi dimana manusia tidak bisa memprediksikan. Bisa jadi diri kita sendiri yang mengubah mereka menjadi seperti itu. Apa saja penyebabnya?
Berawal dari kehidupan keluarga, dimana saat kecil mendengar sebuah kalimat yang berulang atau perlakuan yang berulang yang tidak sesuai dengan takaran bahwa anak berjenis kelamin apa dengan tanpa disadari membuat anak berfikir hingga membentuk tinkah laku yang menjerumus ke perasaan sehingga anak ketika dewasa menjadi bagian dari LGBT.
Dalam lingkungan masyarakat, tidak jauh berbeda dengan penyebab dilingkungan keluarga inti diatas, dalam kehidupan masyarakat sosial, saat kecil anak tidak bisa mengetahui mana yang benar dan mana yang salah, salah dan benar akan sesuatu hal dari pemikiran seorang anak itu berasal dari pemikiran orang dewasa di sekitarnya.
Kabar gembiranya untuk LGBT, yaitu sekarang dengan adanya isu legalitas mengenai status dan hukum LGBT diiringi kemajuan teknologi dan pemikiran yang lebih maju, muncul berbagai shin-she, pengobatan Islam, dan pengobatan tradisional dengan alat modern lainnya yang mampu menyembuhkan kecanduan atau menyembuhkan perasaan LGBT. Dengan adanya pengobatan-pengobatan seperti ini, status sebagai LGBT terakui di tempat pengobatan tersebut, serta mendapatkan jalan keluar yang menguntungkan.
Dari hal ini diharpakan untuk memilih, “Karena Aku ingin Tenang dan Bahagia” atau “Karena Aku ingin Tenang dan Bahagia di Jalan yang Benar” dan “Membenarkan yang Salah atau Menyalahkan yang Benar”