Lihat ke Halaman Asli

Liana Fitri

mahasiswi

Mengubah Stigma Masyarakat Melalui Seni : Pemberdayaan Warga Tunagrahita Dengan Batik Ciprat Di Desa Karangpatihan

Diperbarui: 7 November 2024   16:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

www.its.ac.id

       


   Desa Karangpatihan merupakan salah satu desa yang berada di Kabupaten Ponorogo. Desa ini dikenal sebagai "Kampung Idiot", hal ini dikarenakan banyak penduduk yang menderita Disabilitas intelektual (Tunagrahita). Faktor geografis menjadi salah satu penyebab tingginya jumlah penderita Tunagrahita. Warga Tunagrahita seringkali mengalami stigma sosial yang kurang enak untuk didengar. Anggapan bahwa mereka dianggap tidak produktif, tidak mampu mengembangkan ketrampilan dan berpartisipasi aktif dalam kegiatan ekonomi dan sosial.

              Melihat kenyataan ini, sebuah program pemberdayaan muncul dan mencoba mengubah perspektif tersebut melalui seni. Program ini dirancang dengan melibatkan warga tunagrahita dalam proses pemberdayaannya. Tidak hanya mengasah ketrampilan tetapi juga membangun rasa percaya diri dan memberikan mereka kesempatan untuk berpartisipasi dalam kegiatan perekonomian, salah satunya adalah dengan membuat batik ciprat.

(Batik Ciprat Karangpatihan)

           Batik ciprat adalah salah satu bentuk karya seni batik yang menggunakan teknik cipratan lilin panas pada kain untuk membuat pola. Teknik ini dianggap lebih mudah dipelajari dibandingkan dengan batik tulis atau batik cap. Batik ciprat memberikan ruang bagi kreativitas warga tunagrahita dengan cara yang bebas yaitu tidak mengikat, membuatnya sangat cocok digunakan. Metode pembelajarannya juga sangat sederhana dan tanpa memerlukan ketrampilan yang rumit, namun tetap memberikan ruang bagi ekspresi diri.

          Proses pemberdayaan ini tentunya membawa dampak yang sangat positif bagi warga Tunagrahita yang ada di Desa Karangpatihan, baik dari segi hal kepercayaan diri yang semakin meningkat, kemandirian ekonomi dan penerimaan sosial. Warga Tunagrahita kini memiliki rasa bangga terhadap apa yang mereka hasilkan serta merasa dihargai sebagai bagian yang berharga dari masyarakat.selain itu, pemberdayaan ini telah mengubah persepsi masyarakat luas terhadap warga tunagrahita. Mereka tidak lagi dipandang hanya sebagai penerima bantuan sosial saja, namun dipandang sebagai individu yang memiliki kemampuan dan nilai yang penting dalam komunitas. Karya batik ciprat yang dihasilkan menjadi simbol kekuatan, ketekunan  dan kreativitas yang mereka miliki dan tentunya hal ini akan memberikan inspirasi banyak orang diluar Desa Karangpatihan untuk melihat potensi besar yang ada dalam diri orang-orang dengan disabilitas intelektual.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline