Tan skin atau yang sering kita dengar dengan sebutan kulit sawo matang adalah kondisi kulit yang berwarna gelap atau cokelat keemasan yang mirip dengan buah sawo yang matang. Sebagai orang Indonesia memiliki tan skin adalah hal wajar karena kondisi lingkungan, iklim, dan juga bangsa Indonesia termasuk dalam Ras Mongoloid. Kulit bangsa Indonesia yang termasuk ke dalam Ras Mongoloid memiliki warna sawo matang karena banyak mengandung pigmen melanin. Memiliki warna kulit sawo matang adalah suatu kelebihan karena dapat memberikan perlindungan alami dari paparan sinar ultraviolet yang berbahaya. Paparan sinar ultraviolet yang berlebihan dapat beresiko terkena kanker kulit. Seseorang yang memiliki warna kulit sawo matang apabila terkena sinar matahari kulitnya jarang sekali terbakar tetapi akan menggelap.
Memiliki warna kulit sawo matang di Indonesia bukanlah hal yang mudah, khususnya bagi perempuan. Standar kecantikan yang ada di Indonesia sangatlah unik. Banyak orang yang berpendapat bahwa menjadi perempuan yang cantik harus memiliki kulit putih. Hal ini berkebalikan dengan sebuah fakta bahwa sebagian besar bangsa Indonesia memiliki warna kulit sawo matang. Standar kecantikan inilah yang selalu menjadi perbincangan hangat. Apakah hanya perempuan berkulit putih saja yang dapat dikatakan cantik? Apakah seorang perempuan yang memiliki kulit sawo matang tidak pantas disebut cantik? Apakah kecantikan seseorang hanya diukur berdasarkan warna kulitnya? Dan masih banyak lagi pertanyaan yang muncul terkait standar kecantikan yang ada di Indonesia.
Munculnya standar kecantikan Indonesia yang aneh ini menyebabkan perempuan Indonesia yang mempunyai jenis kulit sawo matang merasa tidak percaya diri. Mereka sangat takut untuk tampil sebagai seorang konten beauty. Mereka selalu dibilang memiliki aura yang gelap atau yang sering kita dengar dengan sebutan magrib. Bahkan sering mendapatkan hujatan ketika memposting diri mereka di sosial media. Hujatan itu dapat berupa suruhan untuk mandi, pakai skincare dan lain sebagainya.
Namun perlu diketahui bahwa mempunyai kulit sawo matang bukanlah hal yang salah. Kita sebagai manusia juga tidak dapat memilih mau dilahirkan dengan warna kulit seperti apa. Justru para penghujat tersebut yang mempunyai kesalahan dari segi pemikiran dan opini. Para penghujat seharusnya berfikir mengenai tindakan yang sudah mereka lakukan. Bukankan itu termasuk ke dalam tindakan diskriminasi. Seharusnya tindakan seperti ini tidak ada di negeri kita, karena Indonesia sendiri memiliki semboyan Bhineka Tunggal Ika yang sudah ada sejak dulu.
Warna kulit yang diberikan oleh tuhan kepada kita bukanlah sesuatu yang bisa kita hindari. Dan apabila kita menghina sesuatu yang telah diciptakan oleh tuhan maka kita juga secara tidak langsung menghina sang pencipta. Oleh karena itu, kita sebaiknya tidak menjadikan warna kulit seseorang sebagai standar kecantikan. Seseorang yang mempunyai warna kulit sawo matang harusnya diberikan kesempatan yang sama seperti orang yang berkulit putih. Semua orang berhak tampil cantik dengan kondisi tubuh yang beragam. Seorang perempuan tidak harus mempunyai kulit yang putih untuk dikatakan cantik. Seharusnya kecantikan seorang perempuan diukur dari hati dan ketulusannya. Kecantikan seorang perempuan akan terlihat di depan seseorang yang benar-benar mencintainya dan suatu kecantikan tidak perlu hadir karena adanya pengakuan dari orang lain. Ingat kecantikan akan tumbuh dalam diri kita apabila kita mempunyai rasa percaya diri terhadap penampilan kita. Jangan terlalu peduli dengan komentar negatif orang lain, tetapi yakinlah bahwa sebagai seorang perempuan kita dapat menunjukkan diri kita tidak hanya dari segi kecantikan saja tetapi dari value yang ada pada diri kita.
Sebagai sesama perempuan, sudah seharusnya kita menerapkan "Women Support Women". Mulai sekarang berhentilah untuk menormalisasikan bahwa seorang konten beauty harus memiliki kulit yang putih. Seseorang yang memiliki warna kulit sawo matang juga berhak untuk menjadi seorang konten beauty. Mereka bisa tampil di media sosial dengan menjadi diri mereka sendiri secara alami tanpa mementingkan komentar negatif dari seseorang yang kurang bijak dalam berpendapat. Hal inilah yang seharusnya mulai diterapkan di Indonesia, dan mulai mengganti suatu kebiasaan buruk sudah ada sejak lama. Kalau bukan kita siapa lagi, kalau bukan sekarang kapan lagi. Oleh karena itu, marilah kita merubah pandangan buruk yang ada pada bangsa kita menjadi sesuatu yang lebih baik lagi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H