Di zaman sekarang dimana teknologi digital semakin maju, semua rakyat dunia harus waspada terhadap penyalahgunaan teknologi. Jika teknologi di pegang oleh orang yang tidak bertanggung jawab akan menyebabkan kegaduhan seperti menyebarnya berita palsu atau yang biasa kita kenal dengan hoax. Walaupun begitu, negara Indonesia mengalami krisis literasi sejak beberapa tahun yang lalu, bahkan tingkat literasi Indonesia menjadi salah satu yang terendah di Asia Tenggara. Dilansir melalui artikel badanbahasa.go.id Skor rata-rata kemampuan membaca siswa Indonesia pada studi PISA 2022 adalah 359 poin, angka itu lebih rendah dibandingkan negara-negara seperti Singapura yang mencapai skor tertinggi di ASEAN dengan 543 poin, diposisi kedua ada Vietnam dengan 462 poin, Brunei Darussalam dengan 379 poin yang menjadikannya posisi ketiga, ada juga Malaysia yang meraih skor sebanyak 388 poin. Sementara itu, Thailand sedikit berada diatas Indonesia dengan perolehan skor mencapai 379 poin. dibanding negara asia tenggara yang lainnya. Dilansir dari data UNESCO hanya 0,001 persen rakyat Indonesia yang memiliki minat baca, yang berarti dari 1000 orang Indonesia hanya 1 orang yang suka dan aktif membaca. Berdasarkan riset UNESCO pada tahun 2022 kondisi kemampuan literasi siswa Indonesia semakin rendah dan UNESCO juga menyatakan minat membaca di Indonesia berada di peringkat 60 dari 70. Hal ini tidak terjadi secara tiba tiba, akan tetapi banyak hal yang bisa menyebabkan turunnya tingkat literasi di Indonesia seperti :
1. Penggunaan gadget
Penggunaan gadget di Indonesia bisa dibilang sangat tinggi. Faktanya, sekitar 60 juta dari 280 juta penduduk Indonesia memiliki gadget dan jumlah ini menempatkan Indonesia berada di peringkat kelima dunia dalam jumlah kepemilikan gadget. Dilansir dari investor.id, Indonesia memiliki 194,26 juta pengguna smartphone jumlah ini lebih tinggi dari tahun 2023 dengan 190,03 juta hal ini disebabkan oleh penyebaran akses internet yang lebih merata dan tarifnya yang masih murah.
2. Kurangnya minat membaca
Minat dapat di definisikan sebagai perasaan suka dan tertarik terhadap sesuatu. Dengan berkurangnya minat membaca, maka semakin berkurang pula sistem kerja otak dalam memahami suatu masalah. Hal ini bisa disebabkan oleh penggunaan gadget yang berlebihan karena anak zaman sekarang lebih tertarik terhadap smartphone mereka daripada membaca buku.
3. Peran keluarga
Keluarga menjadi bagian yang sangat penting dalam menumbuhkan tingkat literasi. Jika anak tidak dibiasakan membaca sejak kecil maka anak tersebut tidak tertarik untuk membaca buku. Adapun peran yang dimaksud adalah memberikan kasih sayang , memberi nasihat, dan diskusi tentang apa saja kegiatan anak dalam sehari. Sebaliknya jika hubungan keluarga memburuk maka anak tersebut dapat terpengaruh hal buruknya.
4. Kemiskinan
Kemiskinan menjadi penyebab terbesar dalam menurunnya tingkat literasi karena harga buku yang sangat mahal dan perbedaan tingkat prioritas yang dimiliki oleh anak tersebut. Mereka lebih mementingkan untuk membantu orang tua mereka berjualan dan mencari nafkah untuk kebutuhan mereka sehari hari. Jika kebutuhan sehari hari mereka masih kurang, lalu bagaimana cara mereka untuk bisa membeli buku dengan harga yang sangat mahal. Bahkan di daerah yang terpencil akses terhadap pendidikan sangat minim dan fasilitas untuk pendidikan terbilang cukup memprihatinkan.
5. Kualitas pendidikan
Di setiap daerah di Indonesia memiliki kualitas yang berbeda beda. Hal itu juga mempengaruhi tingkat literasi di Indonesia sebagai contoh, pendidikan di ibu kota jelas lebih bagus daripada yang ada di pedalaman Indonesia karena akses untuk melakukan pembangunan di daerah yang terpencil membutuhkan biaya yang sangat banyak. Apalagi dengan kurangnya tenaga pendidik yang berkualitas serta model pembelajaran yang kurang efektif.
Akan tetapi turunnya tingkat literasi di Indonesia masih bisa dapat di tingkatkan asalkan semua penyebab yang sudah disebutkan dapat diatasi. Berikut adalah upaya yang di lakukan pemerintah Indonesia untuk meningkatkan tingkat literasi di Indonesia seperti berikut:
1. Menyediakan buku murah
Pemerintah memfasilitasi masyarakat dengan cara menyediakan buku murah pada tahun 2008. Melalui kementerian pendidikan dan kebudayaan membeli hak cipta buku-buku pelajaran untuk sd sampai sma.
2. Gerakan nasional gemar membaca
Gerakan ini di inisiasikan oleh pemerintah melalui PP nomor 24 tahun 2014 dan diperkuat dengan permendikbud nomor 23 tahun 2015 tentang penumbuhan budi pekerti. Teknis pelaksanaan program ini selanjutnya diatur melalui kemendikbud dengan penerbitan penunjuk teknis gerakan literasi nasional pada tahun 2017. Lalu menerbitkan petunjuk teknis untuk gerakan literasi keluarga (GLK), gerakan literasi sekolah (GLS), gerakan literasi masyarakat (GLM). Kesadaran akan pentingnya literasi sejak kecil, membuat Pemerintah membuat program untuk memperkuat literasi melalui tiga program. Yang Pertama, Program Literasi Keluarga yaitu dengan menyiapkan konten literasi keluarga dan penyusunan panduan literasi di dalam keluarga seperti membacakan buku, mendongeng, dan masih banyak yang lainnya. Kedua, Program Literasi didalam Satuan Pendidikan yaitu dengan cara menyusun panduan literasi dalam pembelajaran cara ini harus dilakukan mulai dari sd sampai dengan sma agar semua peserta didik dapat mengembangkan pengetahuan yang jauh lebih luas dan memiliki kemampuan berpikir yang kritis. Dan yang terakhir ada Program Literasi Masyarakat, dimulai dengan meningkatkan akses dan konten literasi untuk masyarakat luas melalui peningkatan layanan perpustakaan yang dilakukan secara nasional dengan catatan dilakukan tidak hanya di laksanakan di kota besar tapi di laksanakan sampai ke tempat yang terpencil.
3. Meluncurkan Program Merdeka Belajar
Program ini bisa disebut satu paket lengkap yang meliputi pemilihan buku bermutu, pemilihan buku sesuai dengan kemampuan baca anak, pencetakan dan pengiriman buku langsung ke sekolah-sekolah yang dituju. Tidak hanya itu, pelatihan pendampingan juga diberikan kepada semua guru di sekolah penerima buku. Untuk mempercepat peningkatan sarana dan prasarana akses literasi masyarakat, Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kemendikbudristek mengirimkan buku bacaan yang bermutu kewilayah 3T (Tertinggal, Terdepan, dan Terluar). Dan tidak hanya itu saja, Badan Bahasa juga menyediakan akses Buku Digital kepada seluruh masyarakat indonesia di dalam web kemendikbud.
Upaya pemerintah Indonesia dalam meningkatkan literasi telah menunjukkan hasil yang sangat positif, terutama dalam bidang literasi digital. Berdasarkan survei yang dilakukan Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) bersama Katadata Insight Center (KIC), Indeks Literasi Digital Indonesia mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Pada tahun 2020, skor indeks literasi digital Indonesia berada di angka 3,46 poin Angka ini naik menjadi 3,49 poin pada tahun 2021, dan kembali meningkat menjadi 3,54 poin pada tahun 2022. Peningkatan ini menunjukkan bahwa literasi digital masyarakat Indonesia berada dalam kategori "sedang" dengan skala penilaian 0 sampai 5. Peningkatan ini tidak semata mata terjadi begitu saja, tetapi ada beberapa aspek yang berperan untuk meningkatkan tingkat literasi indonesia di antara lain seperti:
1. Kecakapan Digital (Digital Skills) Meningkat dari 3,44 pada tahun 2021 menjadi 3,52 pada tahun 2022.
2. Etika Digital (Digital Ethics): Naik dari 3,53 menjadi 3,68.
3. Keamanan Digital (Digital Safety): Sedikit meningkat dari 3,10 menjadi 3,12.
Namun, terdapat sebuah penurunan pada beberapa aspek seperti Budaya Digital (Digital Culture), dari 3,90 menjadi 3,84.
Indonesia tengah menghadapi tantangan besar terkait krisis literasi, terutama rendahnya minat baca dan kemampuan literasi baca tulis. Berdasarkan data UNESCO dan PISA 2022, skor literasi siswa Indonesia berada pada posisi yang kurang memuaskan dibandingkan negara-negara Asia Tenggara lainnya. Minat baca masyarakat juga sangat rendah, buktinya hanya 1 dari 1.000 orang yang aktif membaca. Beberapa faktor yang menjadi penyebab utama masalah ini adalah penggunaan gadget yang sangat tinggi menjadikan orang semakin malas membaca buku, minimnya minat baca, kurangnya dukungan dari keluarga, kemiskinan, dan kurang meratanya kualitas pendidikan indonesia di berbagai daerah yang terpencil.
REFERENSI
https://olenka.id/upaya-pemerintah-indonesia-meningkatkan-minat-baca-masyarakat#google_vignette