Cegah Cemaran Limbah dengan Memanfaatkan Sampah: 4 Mahasiswa Universitas Brawijaya menanggulangi limbah pewarna tekstil Rhodamin B dan Methyelene Blue dengan memanfaatkan sampah styrofoam menjadi agen degradasi yang efisien
Perjalanan penelitian dimulai dari fakta dimana penanggulangan limbah pewarna tekstil yakni Rhodamin B dan Methyelene Blue masih sangat terbatas dan tidak lebih dari wacana masyarakat dan pemerintah saja. Limbah pewarna tekstil yang dibuang oleh pelaku industri tekstil ke selokan nantinya akan mencemari jauh lebih banyak area perairan. Padahal, bahaya limbah ini akan sangat berdampak pada kehidupan masyarakat khususnya yang mengandalkan air dari sungai, danau, bahkan laut untuk melangsungkan aktivitas kehidupannya. Cemaran limbah ini dapat mengakibatkan adanya keracunan oral atau bahkan ketidakseimbangan ekosistem yang ada.
Di sisi lain, produksi sampah styrofoam juga tidak kalah menjadi problem utama di lingkungan. Styrofoam dianggap sebagai kemasan yang paling umum digunakan masyarakat Indonesia khususnya sebagai pembungkus makanan. Dilansir dari BBC News tahun 2021, sebanyak 59% sampah yang sampai di teluk Jakarta adalah sampah styrofoam wadah makanan dan pelindung alat elektronik. Seperti yang telah diketahui, jenis sampah ini membutuhkan waktu ratusan tahun untuk dapat terdegradasi sempurna sehingga perlu pengelolaan yang efisien untuk menanggulangi limpahan sampah tersebut.
Terhitung lima bulan sejak bulan Juni hingga Oktober 2023, 4 mahasiswa Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Brawijaya, yaitu Citra Sofi Salsabila, Lia Anggraeni, Nurul Andrini Pramestikha, dan Aulia Yustisia Damayanti dengan bimbingan Ibu Prof. Sri Suhartini, STP, M.Env.Mgt, Ph.D. melaksanakan Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) 2023. Program ini menjadi salah satu ajang inovasi mahasiswa bergengsi yang diselenggarakan oleh Direktorat Pembelajaran dan Kemahasiswaan (Belmawa) Kementrian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemdikbud Ristek) Republik Indonesia yang juga bekerjasama dengan seluruh Perguruan Tinggi di Indonesia termasuk Universitas Brawijaya. Puncak kompetisi ilmiah ini nantinya adalah pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (PIMNAS) 2023.
Terobosan yang mereka bawa pada kompetisi ilmiah nasional ini adalah jawaban dari dua permasalahan utama masyarakat khususnya pada pengelolaan lingkungan berkelanjutan yakni Sintesis Carbon nanodots berbahan Sampah Styrofoam yang dikompositkan dengan senyawa ZnO sebagai degradator utama limbah pewarna tekstil Rhodamin B dan Methyelene Blue. Pada penelitian pengembangan ini dilaksanakan beberapa formulasi khususnya pada komposisi komposit Carbon nanodots dan senyawa ZnO yang digunakan untuk mendapatkan hasil yang paling efisien.
Tersusunnya ide dan terciptanya produk degradator limbah pewarna tekstil ini diharapkan dapat menjadi upaya awal untuk menanggulangi kadar Rhodamin B dan Methyelene Blue yang dihasilkan oleh pelaku industri tekstil. Kemampuan komposit yang dapat menyerap lebih dari 80% limbah pewarna tekstil memberikan cahaya baru bagi kondisi lingkungan perairan di Indonesia. Sehubungan dengan itu, sampah styrofoam juga dapat dimaksimalkan pemanfaatannya guna mengurangi sebaran sampah yang sukar didegradasi. Dengan ini, penelitian salah satu Tim PKM-RE Brawijaya yang diketuai oleh Citra Sofi Salsabila dapat dijadikan sebagai acuan awal penelitian selanjutnya dan dapat langsung diaplikasikan pada perairan yang tercemar.
"Alasan pemilihan sampah styrofoam sebagai bahan utama degradator limbah adalah karena kami berharap penanggulangan limbah juga dapat dilaksanakan selagi pengurangan sampah juga dilakukan. Penelitian ini dapat menjadi jawaban dari 2 permasalahan lingkungan di Indonesia." Jelas Citra, Senin (18/09). Secure your textile waste, intense your environment.
Jumpai perkembangan penelitian lainnya di Instragram @styrhoblue.savior.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H