Lihat ke Halaman Asli

Lia Kurniawati

Realistis dan No Drama

CERPEN : Telepon Penghempas Asa

Diperbarui: 5 Juli 2015   11:16

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac

Terhenyak terbangun setelah suara deru motor bergas pol memekakkan telinga, maklum kamarku tepat pinggir jalanan kampung hingga lalu lalang kendaraan tak asing berderu dan seringkali tak bisa tidur lelap jika tak terlalu lelah. Kucoba sapukan tangan menjelajah ke arah samping dalam ranjang,  namun tak kudapati dia …

“Kemana dia? …. “ pikirku

Ku singkap sedikit tirai jendela kamar, sekedar mengintip matahari di luar sana namun tak kudapati sinar mentari pagi itu…

“hmmm masih gelap …“ gumamku seraya meraba menarik tali lampu kamar yang terletak diatas meja kecil tepat di sampingku.

Mulai terlihat jelas jarum jam di dinding kamar mengarah ke angka 3 dini hari. Beranjak menuruni tempat tidur kusasar kaki menelaah sandal jepit.. sejurus kemudian sandal jepit itu tepat berada di kakiku. Suara deritan kecil terdengar dari pintu yang kubuka, melongok keluar ruang tengah ternyata lampunya sudah berpendar menyala namun tak terlihat tanda-tanda pergerakkan siapapun disana termasuk suamiku.

“hhhmmm kemana kah dia ?  .. “ sekali lagi gumamku.

“Paah  … paaah  .. “  Kuarahkan suara memanggilnya ke lantai atas berdiri di bawah tangga.

Namun tetap tak terdengar suara dari siapapun di atas sana,  baik suara anak-anak ataupun suaranya, lanjut kulangkahkan kaki ke arah kamar mandi kulucuti satu persatu lingery dan mengguyurkan air ke seluruh tubuh untuk menghilangkan hadast besar yang tersisa tadi malam.

“Alhamdulillah … “  Percikan terakhir air wudlu menyapu wajah, Tiba-tiba bunyi dering handphone dari arah kamar, mungkin karena masih dini hari sehingga suaranya terdengar kencang. Dengan tangan yang masih agak basah, sedikit kusapukan ke arah bawah handuk yang menutupi dada sampai atas lutut, segera kuraih handphone itu dan mendekatkan nya ke telinga.

“Halo, mah..  papah udah di masjid … tadi pergi jam tiga kurang mama masih tidur jadi papah pergi aja!  ..”  terdengar suara di balik speakerphone tanpa menyapaku selayaknya sesama muslim.

“oiya maaaff .. tadi mama nyari papah kirain pindah tidur ke atas sama anak-anak, tadi kebangunin kaget denger suara motor .. motor  papah kali yah …? ” tanyaku

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline