Lihat ke Halaman Asli

Bertani Micin (Juara 3 Lomba Esai BEM SV IPB)

Diperbarui: 6 Maret 2019   08:04

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Bertani Micin 

 "Dasar generasi micin lu!" "Lu aja keles generasi tiktok!"

Ya, micin dan tiktok saat ini seolah menjadi kambing hitam dari segala permasalahan anak kids zaman now (generasi muda). Micin mengandung asam glutamate yang memiliki banyak reseptor di hipotalamus sehingga seseorang yang mengonsumsi glutamate berlebihan akan membahayakan reseptor otak. Dan micin digunakan dalam masakan sejak tahun 1980an sampai sekarang. 

Terlepas dari berbahayanya kandungan zat yang terkandung dalam serbuk micin dan  efek negatif dari kecanduan sebuah aplikasi sosial media bernama tiktok, generasi saat ini bahkan sudah diramalkan dari jauh-jauh hari bahwa akan terjadi saat seperti ini, saat dimana teknologi menguasai hampir seluruh kehidupan manusia atau disebut dengan era millennial. Kaum Millennial adalah generasi muda yang terlahir antara tahun 1980an sampai tahun 2000. 

Kaum ini terlahir ketika dunia modern dan teknologi canggih mulai bermunculan, dan dalam waktu ketika industri hiburan mulai terpengaruh oleh jaringan internet (Kurt Anderson:2009).

Berbicara mengenai dunia  millennial tentunya selalu identik dengan teknologi internet. Hampir seluruh lapisan masyarakat menggunakan internet untuk menunjang kebtuhannya. 

Mulai dari pembayaran token listrik, pulsa, air PDAM, penggunaan E-KTP, ojek berbasis online, bahkan sampai kasus perceraian saat ini sebagian besar dikarenakan oleh internet. 

Luasnya jaringan membuat masyarakat seolah tidak ada dinding untuk menuju dunia luar. Namun, apakah penggunaan internet sudah menyeluruh ke berbagai aspek kehidupan masyarakat? 

Tegas saya katakan tidak. Karena pada faktanya, teknologi internet di desa hanya menyentuh mereka-mereka yang berada pada kisaran usia 11-40 tahun. 

Sedangkan, para petani berada pada kisaran usia 40-60 tahun. Inilah permasalahan yang sulit ditemukan solusinya padahal jika para petani mampu menggunakan teknologi internet tentu akan meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi pertaniannya. Petani di desa masih banyak yang menggunakan cara-cara tradisional dari menanam hingga panen. 

Meggunakan cara tradisional bukan berarti buruk atau tidak boleh dilakukan, namun jika cara tradisional tersebut didukung oleh pengetahuan inovasi terbaru dari internet tentunya akan menghasilkan produk yang lebih. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline