Lihat ke Halaman Asli

Trisno Utomo

TERVERIFIKASI

Hubungan Antara Kebersihan dan Senyuman

Diperbarui: 26 September 2016   21:49

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Lingkungan bersih, nyaman dan sehat untuk ditinggali. Sumber: Dokpri

Ketika membaca berita bahwa pemerintah mencanangkan Gerakan Budaya Bersih dan Senyum (GBBS), dalam hati timbul pertanyaan: apakah ada hubungan antara kebersihan dan senyuman? Namun setelah dipikir-pikir ternyata ada juga hubungan itu. Bagaimana kita bisa tersenyum kalau lingkungan kita tidak bersih? Mungkin kita masih bisa tersenyum, namun senyum kita yang muncul adalah senyum masam.

Kita, bangsa Indonesia, ternyata termasuk bangsa yang belum peduli terhadap kebersihan. Padahal kita termasuk bangsa yang relegius, dimana dalam ajaran agama kebersihan adalah merupakan bagian dari iman. Namun budaya bersih pada bangsa ini belum mengakar.

Coba saja kita cermati hasil riset Jenna R. Jambeck dan kawan-kawan (Sumber), yang menyebutkan bahwa Indonesia berada di posisi kedua terbesar sebagai penyumbang sampah plastik ke laut setelah Tiongkok, disusul Filipina, Vietnam, dan Sri Lanka. Jumlah sampah plastik di laut Indonesia mencapai sekitar 850 ribu ton.

Dari manakah sampah sebanyak itu? Sebanyak 90% sampah di laut adalah plastik dan itu sebagian besar masuk kelaut berasal dari daratan. Sungai adalah merupakan vektor utama yang memungkinkan sampah plastik dan sampah lainnya masuk ke laut. Ini menunjukkan bahwa kebiasaan masyarakat kita membuang sampah ke sungai belum dapat dihilangkan.

Saluran atau sungai bila digunakan untuk membuang sampah akan mengakibatkan banjir dan membawa sampah ke laut. Sumber: Dokpri

Pernah dicanangkan Gerakan Bersih Pantai dan Laut, namun ini dinilai hanya merupakan bagian dari solusi. Kenyataan menunjukkan bahwa permasalahan tidak menjadi lebih baik hanya melalui upaya pembersihan. Hal ini berarti kita harus merubah pola pikir dari hanya membersihkan pantai dan laut, beralih menjadi bekerja sama untuk mencegah ditempat pertama agar sampah tidak masuk ke laut.

Daratan sebagai tempat hunian manusia adalah sumber dari segala macam sampah. Menurut Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, pertambahan jumlah penduduk berbanding lurus dengan jumlah sampah yang dihasilkan. Hitungan secara kasar, dengan jumlah penduduk Indonesia saat ini 250 juta orang, jika setiap orang menghasilkan sampah 0,7 kg/hari, maka timbunan sampah secara nasional mencapai 175 ribu ton/hari atau setara dengan 64 juta ton/tahun.

Tempat Penampungan Sampah, menampung sampah yang dibuang oleh penduduk tanpa pemanfaatan terlebih dahulu. Sumber: Dokpri

Sebenarnya sampah sebanyak itu tidak seluruhnya tak berguna. Masih ada jenis-jenis sampah yang dapat dimanfaatkan. Oleh karena itu, untuk membantu pemerintah dalam pengurangan sampah, keluarga, masyarakat, dan pelaku usaha sebagai penghasil sampah, harus dapat mengelola dan memanfaatkan sampahnya secara baik dan mandiri.

Dimulai dengan pengurangan dan pencegahan sampah dari sumbernya (reduce), melalui pemilahan sampah antara sampah organik dan sampah anorganik. Sampah anorganik dapat dipisahkan menjadi tiga jenis, yaitu : (a) sampah plastik, (b) sampah kertas, dan (c) sampah kaca dan logam.

Tempat sampah yang sudah memakai konsep pemilahan sampah. Sumber: Dokpri

Kemudian dilakukan kegiatan pemanfaatan kembali sampah yang masih dapat dimanfaatkan (reuse), Pemanfaatan kembali secara langsung, misalnya dengan pembuatan kerajinan yang berbahan baku barang bekas atau kertas bekas. Sedangkan pemanfaatan kembali secara tidak langsung, misalnya menjual barang bekas seperti kertas, plastik, kaleng, koran bekas, botol, gelas dan botol air minum dalam kemasan.

Hasil kerajinan berbahan baku sampah. Sumber: pengelolaanlimbah.wordpress.com

Selanjutnya kegiatan daur ulang (recycle), yang paling mudah adalah dengan pengomposan sampah organik yang mudah membusuk untuk diubah menjadi pupuk kompos yang ramah lingkungan. Selain dapat diolah menjadi kompos, sampah juga dapat diolah menjadi biogas, listrik, batu bata/batako, briket arang, dan barang-barang bernilai ekonomis lainnya.

Komposter yang perlu dimiliki setiap keluarga untuk pemanfaatan sampah menjadi kompos, sehingga mengurangi volume sampah yang dibuang. Sumber: Dokpri

Akhirnya, sisa-sisa sampah yang sudah tidak bisa dimanfaatkan sama sekali, itulah yang menjadi tugas pemerintah untuk mengangkutnya ke tempat pemrosesan akhir (TPA), kemudian dilakukan proses akhir ditreatment menggunakan sistem sanitary landfill (penimbunan).
Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline