Lihat ke Halaman Asli

Trisno Utomo

TERVERIFIKASI

Menyikapi Kegembiraan dan Kesedihan

Diperbarui: 14 Juli 2016   11:01

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber gambar: hazhzhy.wordpress.com

Dalam kehidupan di dunia ini, oleh Allah SWT telah diciptakan secara berpasang-pasangan. Ada pria dan wanita, siang dan malam, dan seterusnya. Termasuk ada gembira dan sedih, ada bahagia dan derita.

Bila direnungkan tentang kejadian gembira dan sedih, atau bahagia dan derita, terdapat kenyataan bahwa apabila satu pihak mengalami kegembiraan, maka akan mengakibatkan ada pihak lain yang merasakan kesedihan. Di satu pihak merasakan bahagia, di pihak lainnya menderita.

Sebagai contoh pada event yang baru saja berakhir, yaitu babak final pertandingan sepak bola Piala Eropa 2016, dimana Portugal berhasil menjadi juara lewat kemenangan 1-0 atas Perancis. Dalam peristiwa ini, kesebelasan Portugal memperoleh kegembiraan, tetapi akibatnya kesebelasan Perancis mengalami kesedihan.

Orang yang mengalami kehilangan, uang misalnya, pihak yang menemukan akan gembira karena mendapat rejeki nomplok, tetapi betapa sedihnya bagi yang kehilangan. Dan masih banyak contoh kejadian lainnya.

Banyak pula perbuatan dosa yang menyebabkan terjadinya fonomena ini. Orang yang mengejek seseorang mungkin memperoleh rasa gembira, sementara yang diejek merasakan sedih. Orang mencuri merasa gembira dengah hasil curiannya, sementara orang yang kecurian akan merasa sedih.

Ketika manusia mengalami kegembiraan, dia harus bisa mengendalikan rasa kegembiraannya agar tidak berlebihan. Dan bagi yang ditimpa kesedihan, tidaklah perlu berlarut-larut dengan kesedihannya. Oleh karena itu, manusia perlu belajar bijaksana dalam menyikapi kegembiraan atau kesedihan yang dialaminya.

Bagaimana caranya? Yaitu tidak terlalu bersedih ketika ditimpa kesedihan dan tidak terlalu gembira ketika memperoleh kegembiraan. Petunjuk tentang hal ini dapat disimak dalam Surah Al Hadid ayat 23 : “Agar kamu tidak bersedih hati terhadap apa yang luput dari kamu, dan tidak pula terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu.Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong lagi membanggakan diri”.

Dalam ayat sebelumnya, Allah menjelaskan bahwa kehidupan dunia ini hanyalah permainan. Sebagaimana yang namanya permainan, kehidupan keduniawian ini janganlah terlalu dipikirkan dan diutamakan. Bahwa apa yang dianggap sebagai yang hal penting dalam kehidupan dunia, sebenarnya semua itu hanyalah fatamorgana.

Dan apabila kita telah terlanjur melakukan perbuatan yang menyebabkan orang lain menjadi sedih, jangan lupa untuk meminta maaf kepada orang yang kita sakiti tersebut, agar kita terhindar dari beban dosa. Konon, dosa terhadap sesama manusia inilah yang sulit dihapuskan, sebelum dimaafkan.

Kita tidak tahu, kapan atau masih adakah kesempatan untuk bertemu orang yang kita sakiti. Oleh karenanya bila kesempatan itu datang, segeralah meminta maaf. Dan saat ini masih ada kesempatan afdol untuk saling memaafkan karena masih dalam suasana Idul Fitri, untuk mencapai fitrah atau kembali ke muasal, bersih ibarat lahir kembali menjadi bayi.

Namun perlu diingat, bahwa manusia mempunyai dua sisi fitrah. Selain dalam hubungannya dengan manusia, juga dalam hubungannya dengan Allah SWT.  Untuk mencapai kefitrahan dalam hubungannya dengan Allah SWT, dapat diperoleh dengan melaksanakan ibadah sesuai tuntunan-Nya, termasuk ibadah puasa yang telah kita jalani dengan dasar iman.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline