[caption caption="Belut sawah Monopterus albus (Zuiew, 1793) dengan sinonim Fluta alba (Bloch and Schneider, 1801). Foto : pakbiz.com"][/caption]Dikenal ada 3 (tiga) spesies belut, yaitu belut sawah Monopterus albus (Zuiew, 1793) dengan sinonim Fluta alba (Bloch and Schneider, 1801), belut rawa Synbranchus bengalensis (McClelland, 1844), dan belut kali Macrotema caligans (Cantor, 1849). Namun, jenis belut yang sering dijumpai adalah jenis belut sawah. Demikian pula belut sawah lebih disukai karena memiliki daging yang lebih banyak.
Belut sawah yang dalam bahasa Inggris disebut rice field eel atau rice-paddy eel, adalah ikan asli daerah sub-tropis dan tropis di Asia, tersebar luas di banyak negara yaitu India, China, Jepang, Malaysia, Indonesia, Bangladesh, Thailand, dan Vietnam. Namun dia bukanlah benar-benar ell (sidat), karena sidat dari famili Anguillidae sedangkan belut dari famili Synbranchidae.
Ganti Kelamin
Belut memiliki ciri bentuk badan silinderis, memanjang, dan meruncing seperti ular, tidak bersirip dada dan perut, tidak bersisik, sirip dubur dan sirip punggung berubah menjadi sembulan kulit yang tidak berjari-jari. Duburnya jauh ke arah belakang. Tubuhnya licin sehingga susah dipegang. Belut dewasa rata-rata panjangnya 50 cm dengan lingkar tubuh 5-7 cm.
[caption caption="Bentuk badan belut silinderis, memanjang, dan dan meruncing. Foto : nas.er.usgs.gov"]
[/caption]Hidup pada berbagai habitat air tawar seperti lahan basah dangkal, perairan stagnan, rawa, sungai, saluran air, kanal, danau, waduk, sawah, dan kolam, pada kedalaman kurang dari 3 m. Termasuk binatang nokturnal (aktif pada malam hari). Makanannya segala jenis binatang kecil di air seperti ikan, udang, ketam, katak, invertebrata air seperti cacing dan serangga, dan kadang-kadang detritus.
Pada umumnya belut tidak suka berenang dan lebih suka bersembunyi di dalam lumpur, namun memiliki berbagai olah gerak dan bahkan mampu bergerak diatas lahan kering untuk jarak pendek. Perilaku ini digunakan untuk relokasi sesuai dengan ketersediaan sumber daya. Dengan tidak adanya air dan makanan, belut sawah mampu bertahan lama dengan menggali dalam tanah yang lembab. Jika lingkungan menjadi tidak cocok, belut merangkak ke darat dan bergerak ke lingkungan yang lebih cocok dengan merayap di atas tanah dengan cara seperti ular.
[caption caption="Mampu bergerak diatas tanah. Foto : biology.usgs.gov"]
[/caption]Belut bersifat hermaprodit protogini, artinya ikan ini akan mengalami perubahan jenis kelamin dari betina pada awalnya, kemudian berubah menjadi jantan pada usia tua. Semua belut muda adalah betina. Belut remaja sampai matang, beberapa mempunyai fenotipe maskulin. Jantan mampu mengubah kelamin, yang memungkinkan mereka mengisi populasi betina ketika kepadatan populasi betina rendah. Perubahan dari satu jenis kelamin ke jenis kelamin yang lain bisa memakan waktu hingga satu tahun.
Pemijahan belut dapat terjadi sepanjang tahun terutama selama musim hujan 3 sampai 4 bulan. Telur diletakkan pada sarang gelembung busa pada perairan dangkal. Belut jantan yang besar membangun sarang gelembung busa di mulut liang dan menjaga telur dan anak belut. Sarang gelembung busa ini mengapung di permukaan air dan tidak dilekatkan pada tumbuhan air. Betina menghasilkan telur sampai 1.000 butir dalam sekali pemijahan.
[caption caption="Telur belut dalam sarang gelembung busa. Foto : Khanh dan Ngan"]
[/caption]Fekunditas rata-rata 589 butir telur per ekor belut betina (berkisar antara 236 sampai 1.328 butir telur). Telur yang telah matang tidak dilekatkan ke tumbuhan air atau benda disekitarnya (non-adhesive), berbentuk bulat dengan diameter 3-4 mm, dan terapung di air. Telur mulai menetas setelah 5-6 hari inkubasi dan kantong kuning telur benar-benar habis diserap oleh larva 7-9 hari setelah itu. Tingkat penetasan bervariasi antara 84,0-97,5%.
[caption caption="Belut yang baru menetas. Foto : Khanh dan Ngan"]
[/caption]Budidaya dan manfaat
Seiring dengan pertambahan penduduk yang pesat, habitat dan populasi belut semakin terancam. Hal ini diakibatkan oleh penyusutan lahan sawah yang dikonversi ke peruntukan lain (pemukiman, industry, dan fasilitas umum), tercemarnya perairan sungai oleh berbagai sumber pencemar, maraknya penggunaan pestisida di persawahan sejalan dengan intensifikasi pertanian, serta semakin intensifnya penangkapan belut dari alam. Sehubungan dengan meningkatnya ancaman terhadap habitat populasi belut sawah di alam, maka perlu dikembangkan usaha budidaya belut yang dapat dilakukan oleh masyarakat.