Lihat ke Halaman Asli

Renungan dari 2 Kota yang Berbeda...Athens dan Bandung

Diperbarui: 26 Juni 2015   15:29

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Karier. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

[caption id="attachment_169075" align="alignright" width="298" caption="Ilustrasi/Admin (Kompas/Yulia Sapthiani)"][/caption] Waktu terus berlalu, tak terasa sudah 4 bulan aku tinggal di Athens, Ohio. Athens merupakan sebuah kota kecil di negara bagian Ohio, Amerika Serikat. Jumlah penduduk, termasuk dengan murid asing yang belajar di kota ini pun hanya berkisar antara 70 ribu. Mungkin masih lebih banyak jumlah penduduk di Kab. Tasikmalaya. Berbicara soal transportasi umum, komentar yang muncul adalah, "Paraahhh!!" Karena hanya ada bus-bus dengan rute khusus, dan setiap rute hanya ada 1 bus, jadi bisa dibayangkan, kalau ketinggalan bus, tunggulah 1 jam berikutnya, saat bus itu kembali. Kalau taksi, ya selain harus telepon dahulu, juga akan ditanyakan berapa penumpang yang akan naik, yang jelas mahal dan tidak efisien juga. Namun jangan salah, sopir transportasi di sini sangat menjunjung tinggi tata krama, sopan, dan disiplin, terlebih dalam keamanan. Soal makanan, wah, ya karena saya orang Indonesia, jelas saya kurang begitu bisa menikmati makanan sini yang serba instant, dan kurang kaya rasa, dan... seringkali saya bilang junk food. Namun ada hal yang bisa saya acungi jempol, pengunjung restoran siap saji seperti KFC, Wendy's, McD, dll.  yang sudah menghabiskan makanannya, akan mengembalikan nampan ke tempat yang sudah disediakan, dengan terlebih dahulu membuang bungkus makanan yang tersisa ke tong sampah, gambaran yang ideal dalam pandangan saya, membuang sampah pada tempatnya. Tentu saja, budaya membuang sampah pada tempatnya tidak hanya di restoran siap saji, juga di tempat umum. Karenanya hampir tidak pernah saya melihat sampah di jalanan. Sebenarnya, masih banyak lagi hal-hal menarik yang bisa diceritakan dari kota kecil ini. Namun, saya hanya ingin merefleksikan kehidupan saya di sini dan di Bandung dari beberapa hal di atas. Di Bandung, transportasi umum sangat tercukupi, bahkan berlebihan, malah kadang, bisa demo dan ada aksi mogok di satu rute angkutan kota. Mungkin karena masalah transportasi umum di Bandung tidak dikelola langsung oleh pemerintah, namun dikelola oleh juragan-juragan yang punya usaha di bidang angkutan. Yang jelas fokusnya di "keuntungan" pribadi/perusahaan, mungkin karena itu juga banyak sopir-sopir yang bikin SIM tembak, sopir-sopir perlu uang untuk hidup, perusahaan juga perlu sopir untuk menyetir mobil-mobil angkutan umum, akibat akhir, nyetir ugal-ugalan, bayar ongkos jalan saja bervariasi, dan juga tak jarang saya mendengar umpatan-umpatan kasar dan kotor dari beberapa sopir angkot saat menyetir. Kalau menurunkan penumpang, kadang tidak peduli keselamatan penumpang, kaki belum benar2 menjejak ke aspal, mobil sudah jalan lagi. Apa yang bisa kita lakukan untuk meningkatkan kualitas sopir angkutan umum di Bandung? Jelas, ini hanya bisa ditangani oleh para juragan dan pemerintah, bukan oleh seorang pribadi yang jauh dari kota Bandung. Kalau soal makanan, jelaslah, Bandung itu gudangnya makanan, dari makanan khas Bandung, sampai kafe-kafe mahal, semua ada, enak lagi. Namun berbicara soal kebersihan, saya hanya bisa diam. Kadang saya berpikir, apa kita itu terlalu dimanjakan oleh pelayanan ya? Sampah di Food Court, di Restoran, saya tidak bisa berkomentar banyak, karena mereka menyediakan pelayanan untuk menjaga kebersihan lokasi tempat makan. Namun yang bikin saya miris itu, kala saya melihat banyak sekali orang-orang, tidak cuma anak kecil yang masih belum mengerti membuang sampah pada tempatnya, bahkan sampai para orangtua, juga ikutan membuang sampah di mana-mana, tidak hanya di jalan, juga di sekolah. Saya ingat waktu SD dahulu, selalu diingatkan, "BUANGLAH SAMPAH PADA TEMPATNYA", namun..... itu sekitar 20 tahun yang lalu. Saya jadi berpikir, jangan-jangan anak-anak sekarang tidak diingatkan seperti itu, malah orang tua dan guru menjadi kreatif dalam berpikir, "Ya, kan ada tukang sampah, biar mereka ada kerjaan." Nah, kalau semua orang seperti ini, saya tidak mengerti apa yang akan terjadi 10....20... bahkan 30 tahun mendatang. Hal-hal kecil seperti ini, pendidikan moral yang paling dasar saja, saat ini sudah bisa dikatakan sangat tidak kokoh, anak-anak secara tidak sadar diajarkan untuk mencari keuntungan pribadi terlebih dahulu. Padahal seringkali kita dengar, anak-anak adalah masa depan bangsa.... apakah yang akan terjadi nanti? Saya yakin, banyak sekali teman-teman yang juga prihatin dengan kondisi moral sebagian manusia Indonesia yang sakit saat ini, bahkan sudah melakukan berbagai macam kegiatan sosial untuk menyembuhkan penyakit ini. Penyakit seperti ini tidak dapat disembuhkan secara instant, harus mulai dari diri kita masing-masing, dan membutuhkan waktu yang sangat lama. Bagaimana kita bisa mempengaruhi orang-orang di sekitar kita untuk menjadi pribadi yang lebih baik? (CL)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline