Hidup di dunia ini penuh dengan dualisme, misalnya ada hitam ada putih, mendaki dan menurun, kaya dan miskin, baik dan buruk, fakta dan fiktif, luar dan dalam, dan lain-lain. Penulis tertarik untuk mengelaborasi contoh dualisme yang terakhir, yaitu luar dan dalam.
Kepunyaan kita yang berada di luar tubuh kita seperti harta (uang, tanah, rumah, kendaraan, peternakan, perdagangan), pangkat, jabatan, pasangan hidup, anak keturunan. Sedangkan yang ada di dalam tubuh kita bisa digolongkan dua macam yaitu organ tubuh/fisik dan non fisik.
Organ tubuh yang kita punyai seperti jantung, hari, otak, darah, daging dll. Sedangkan non fisik berupa akal/kecerdasan, insting, naluri, dan perasaan/emosi seperti bahagia, senang, damai, bangga, marah, resah, gelisah, sedih, dll.
Jika kita melihat dari aspek spiritual, kepunyaan kita baik yang berada di luar maupun di dalam tubuh kita, bukanlah milik kita. Semua itu hanyalah titipan dari Sang Maha Pemilik sebagai sarana beribadah kita kepada-Nya selama hidup di dunia yang fana ini.
Tinggal lima hari lagi kita menjalani ibadah di bulan Ramadhan, bolehlah menyitir dalil dalam Al Qur'an, surat Al Humazah, ayat 1 dan 2 bahwa Allah menerangkan siapakah yang termasuk orang yang celaka? Salah satunya adalah yang mengumpulkan harta dan selalu menghitung-hitungnya.
Qorun sebagai contoh orang yang tadinya miskin dan memohon untuk didoakan oleh Nabi agar menjadi orang kaya raya. Ketika doanya dikabulkan dan menjadi orang kaya, sifatya berubah menjadi sangat pelit. Ia menyimpan hartanya yang sangat banyak di tempat berlapis-lapis, sehingga kuncinya sampai banyak sekali. Qorun sangat khawatir jika hartanya hilang atau dicuri orang. Singkat cerita, karena kufur nikmat, maka akhirnya hartanya lenyap ditelan bumi.
Apakah Qorun lebih bahagia ketika hartanya melimpah dibandingkan saat ia masih miskin? Saat tidak mempunyai apa-apa atau miskin, Ia bisa tidur nyenyak, makan nasi dan garam terasa juga enak. Namun setelah kaya raya, kondisi batinya berubah 180 derajat. Dia penuh dengan kekahatiran dan ketakutan akan harta bendanya.
Mari kita berkontemplasi di 10 hari terakhir bulan suci ini, dengan apa-apa yang Allah titipkan berupa badan yang sehat, harta yang cukup serta anak keturunan yang mampu menenteramkan hati kita atau sebaliknya?
Contoh kongkrit, pengalaman kecil penulis yang menjadi sebab kegelisahan adalah saat pindah kerja dari Bogor ke Jogjakarta adalah harta berupa rumah yang ada di Bogor. kekhawatiran adalah jika rumah tersebut tidak ada yang mengontrak sehingga kosong dan tidak ada yang merawat. Pikiran kacau ketika membayangkan jika tidak ada yang merawat, maka tidak hanya akan rusak namun juga dihuni oleh makluk halus.
Atau contoh lain adalah kegelisahan banyak orang tua jika semakin banyak dikaruniai anak keturunan. Jika tidak berserah kepada Allah, maka berpotensi menambah rasa ketakutan dan kekhawatira akan nasib masa depan mereka.
Hidup di dunia ini jika tidak dijalani dengan kecerdasan spiritual, maka akan muncul fenomena-fenomena yang bersifat paradox seperti beberapa contoh di atas. Oleh karena itu, di sisa hari di bulan penuh rahmat dan hidayah ini mari kita tingkatkan jiwa atau kecerdasan spiritual, terutama kesadaran bahwa semua kepunyaan kita yang di dalam maupun di luar tubuh kita hanyalah titipan Nya.