Lihat ke Halaman Asli

Lukman Hakim

ASN di KLHK

Parman (5)

Diperbarui: 16 Januari 2022   06:11

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokumentasi pribadi

Dari beberapa teman baru yang sudah aku kenal, yang akrab dengan ku adalah Masrukan dan Hendra. Masrukan orang asli Jogja, tepatnya Blawong, Bantul sedangkan Hendra berasal dari Karawang, Jawa Barat. Waktu itu, sekolah masih 6 hari, jadi hari liburnya cuman minggu saja.

Hendara termasuk anak orang kaya sehingga sudah dikasih motor. Dia punya hobi berenang dan nonton bioskop. Hari minggu aku diajak renang di Kridosono dekat SMA Padmanaba. Setelah renang dia mengajak jalan-jalan keliling Jogja dan nampaknya ia sudah hapal betul beberapa bioskop yang ada di Jogja.

"Jogja bagian selatan yang dekat sekolah itu ada bioskop Indra di jalan Malioboro dan dekat Keraton itu Widya sama Soboharsono," katanya sambil berjalan ke motornya.

"Mahal enggak ya Dra tiketnya," tanyaku.

"Kita cuman lihat-lihat aja gedungnya, kapan-kapan kita nonton di sana," jawabnya.

Wah kalau aku nurutin hobinya aku bisa bangkrut nih. Lah bayar tiket masuk kolam renang aja bagiku sangat mahal gerutuku dalam hati. "Ya sudah kita lihat-lihat saja ya Dra," tegasku.

Hari pertama masuk sekolah aku menawarkan ke Masrukan untuk duduk sebangku. Masrukan ini orangnya sumeh tapi agak pendiam. Namun kalau dah ngomong pasti lucu. Beda sama Hendra kelihatanya dia tidak suka hura-hura dan memilih di rumah saja saat liburan. Ya mungkin karena dia bersama keluarga, lain dengan anak-anak kos untuk mengisi liburan dengan jalan-jalan daripada bengong di kos-kosan.

Sama dengan Hendra, dia sudah bawa motor ke sekolah. Setelah 1 minggu pulang pergi pake Kobutri, aku coba pulang jalan kaki ke kos yang jaraknya sekitar 3 km. hal ini merupakan upayaku untuk mengirit pengeluaran. Namun berangkatnya tetap harus pake Kobutri atau bus kota, karena takut telat. Akhirnya aku memberanikan diri untuk minta sepada ke bapak.

Bapak mengirim jatah bulanan lewat wesel di kantor Pos. Walaupun bapak karyawan Bank, tapi usiaku belum cukup untuk membuat rekening Bank. Setiap awal bulan banyak teman-teman mengecek ke bagian Tata Usaha (TU) untuk menayakan tentang wesel kiriman dari orang tuanya.

Pak Yanto, staf bagian TU datang ke kelas untuk memberitahu bahwa sepeda kiriman dari bapak sudah datang. Akupun diajak pak Yanto untuk menerimanya di ruang TU. Alangkah bahagianya ketika melihat sepeda balap, walaupun bukan baru. Akupun mengirim surat kepada kedua orang tua untuk mengucapkan terimakasih.

Setelah pulang sekolah, aku kayuh sepeda mencari lapangan sepak bola searah jalan pulang ke kos. Dari beberap informasi yang aku dapat, ada di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) dekat perempatan Wirobrajan. Setelah aku menemukannya, aku langsung putuskan akan kesini lagi setelah sholat asyar.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline