Lihat ke Halaman Asli

Lukman Hakim

ASN di KLHK

Tahta untuk Rakyat

Diperbarui: 11 Januari 2022   21:47

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Berdasarkan catatan sejarah yang aku peroleh dari mbah Google, alur Selokan Mataram ternyata sudah ada sejak zaman Panembahan Senopati sekitar tahun 1588 dalam bentuk parit. Parit yang dibangun Sultan Mataram Pertama ini berfungsi sebagai pertahanan dari serangan musuh.

Sri Sultan HB IX memutuskan membangun Selokan Mataram selain ingin mewujudkan ide Sunan Kalijaga agar dapat meningkatkan kesejahteraan rakyat yang mayoritas petani, juga untuk melindungi rakyatnya agar tidak dikirim keluar Jogja oleh Jepang sebagai Romusa. Keputusan pro rakyat inilah maka Selokan Mataram disebut sebagai monumen "Tahta untuk Rakyat".

Sunan Kalijaga sebagai salah satu penyebar Agama Islam di Nusantara terkenal dengan pendekatan atau cara damai sebagai tokoh yang dihormati Raja Jawa ini. Cara ini terbukti rakyat dapat menerima Agama Rahmatalilalamin ini dengan suka cita. Semoga catatan sejarah ini bisa mengilhami para ulama saat ini akan dasyatnya syiar dengan cara-cara damai sebagaimana yang dicontohkan Rosul kepada umatnya.

Setelah hari Sabtu aku menyusuri Selokan Mataram di sisi timur, maka hari Minggu ke arah barat Kota Jogja. Setelah menyebrangi Ringroad Barat, kanan dan kiri Selokan relatif masih alami ditumbuhi tanaman yang sebelahnya berupa persawahan yang luas. Pemandangan ini sangat berbeda dibandingkan sebelah timur yang sudah banyak bangunan.

Jalan aspal yang fungsinya sebagai jalan inspeksi Selokan yang menghubungkan Sungai Progo dan Sungai Opak sejauh 31,2 km ini berakhir di dekat SMPN 2 Tempel. Aku kayuh sepeda ini dengan santai dan di beberapa titik aku berhenti untuk mengambil gambar ibu-ibu yang sedang bekerjabakti membersihkan selokan, jembatan yang berfungsi sebagai jalan dan juga sebagai aliran selokan yang melintasi sungai di bawahnya, Gunung Merapi dari kejauhan, melihat Tuk (Mata Air) Si Bedug yang airnya sangat jernih, dan menikmati semangkok mie ayam.

Selokan sepanjang 31,2 km ini melintasi di atas 24 sungai dan mengalir di bawah 3 sungai. Sungai-sungai yang mengalir di Yogyakarta ini tergolong sungai tua. Hal ini ditunjukan dengan bentuk sungai yang curam dan aliran airnya terletak di dasar sehingga sulit dijadikan irigasi untuk keperluan pertanian. Hal ini merupakan alasan juga mengapa Selokan Mataram ini dibangun sebagai irigasi agar tanah di Jogja bagian utara bisa berproduksi sepanjanjang tahun.

Ngonthel menyusuri salah satu Monumen penting peninggalan Raja Jawa ini selain menyehatkan tubuh dan menyegarkan fikiran, juga menanamkan kebanggaan pada penguasa yang selalu memikirkan dan dekat dengan rakyatnya.

Akhirnya ngonthel berakhir di warung yang menjajagan kelapa muda di pingir Jakal km 7. Sambil berharap ada pengganti ion-ion yang hilang, aku berfikir apakah program kerja pemerintah sekarang untuk membangun insfrastruktur jalan, waduk, irigasi secara besar-besaran termasuk ide pemindahan dan pembangunan Ibu Kota Negara di Kalimantan Timur  yang banyak orang mengira sangat mustahil terinspirasi para leluhur yang telah meninggalkan legacy nyata bagi kemakmuran rakyatnya sekarang dan akan datang?

Hanya waktu yang bisa menjawabnya. Karena waktu Selokan Mataram sepanjang 31,2 km yang membentang dari Sungai Progo dan Sungai Opak saat tahun 1942 merupakan proyek sangat besar dan banyak yang mengatakan hal yang mustahil untuk dilakukan. Tapi waktu juga yang membuktikan bahwa dengan tekad yang kuat, kerja keras dan semangat gotong-royong antara pemerintah dan rakyatnya, semuanya bisa terwujud.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline