Lihat ke Halaman Asli

Lukman Hakim

ASN di KLHK

Parman (1)

Diperbarui: 12 Januari 2022   19:14

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Namaku Parman. Lengkapnya Parman Hidayat. Nama belangku diambil dari nama bapakku. Dia saat mudanya merupakan pemain sepakbola hebat se kecamatan di kampungku. Bapaku ini bisa menjadi karyawan salah satu Bank BUMN ya karena menjadi pesepakbola yang handal itu.

"Mbiyen nek bapak main, penontone musti kebak le," kata bapakku dengan bangga menceritakan pada anak lanangnya waktu itu.

Ibuku tidak bekerja dan sebelum dinikahi bapak sebenarnya punya keinginan kuat untuk melanjutkan di Madrasah Mualimat Yogyakarta, tempat anakku bersekolah. Tapi karena beberapa alasan, akhirnya Ia cita-citanya tidak tergapai.

"Alhamdulillah, salah satu putuku bisa sekolah di Mualimat," kata ibu.

"Mungkin kalau dulu jadi sekolah di Mualimat, sekarang sudah jadi ustadzah ya mak?" Tanyaku.

"Yowis gak popo, mungkin sudah digariskan oleh Yang Maha Tahu," hiburnya.

Sejak aku sekolah SD, aku hobi sekali main sepakbola. Mungkin ini bakat yang diturunkan oleh bapak. Setiap istirahat selama 15 menit dapat dipastikan bermain bola dengan teman-teman sekelas. Demikian juga setiap sore hari setelah sholat asyar, baik hujan ataupun tidak bisa dipastikan sudah di lapangan Pandawa yang jaraknya sekitar 100 meter dari rumah.

Aku termasuk pemain hebat juga. Kalau di sekolah yang selevel dengan ku bernama Zaenul. Tapi kalau di lapangan Pandawa, agak banyak pemain yang selevel dengan ku. Zaenul itu seringnya menjadi pemain di tim lawanku. Kalau bergabung dengan ku bisa dipastikan lawan bakalan dikasih kosong dan banyak kemasukan gol.

Zaenul itu selain punya hobi main bola, juga suka nonton bioskop. Film kesukaannya adalah film Mandarin dengan bintang film favoritnya Jet Li dan Jeckie Chan. Dia sering nonton karena paman dan kakaknya penjaga bioskop SENA, jadi dia selalu gratis. Aku sering juga diajak masuk ke bioskop secara gratis.

Posisi rumah, kata bapaku, berada di tusuk sate. Entah mitos atau fakta, jika rumah berada di lokasi tusuk sate tidaklah bagus untuk usaha dan sulit jika akan dijual.

Namun demikian, letak rumah itu sangat strategis untuk kemana-mana yang persis berada di pertigaan. Jika ke utara, cuman 50 meter ada bioskop SENA, SD dan SMP ku yang jaraknya 100-200 meter. Jika ke timur tidak jauh ada mesjid dan lapangan bola Pandawa. Dan jika ke barat ketemu jalan raya Purwokerto-Tegal.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline