Lihat ke Halaman Asli

Leyla Imtichanah

Penulis, Blogger, Ibu Rumah Tangga

Gerakan Pesantren Sehat untuk Indonesia yang Lebih Baik

Diperbarui: 7 September 2023   13:02

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber Foto: Instagram @gps.foundation

Beberapa waktu lalu, saya menjenguk anak teman saya yang baru pulang dari pesantren. Anak perempuan lho, tapi dia terkena penyakit kulit yang sangat parah. Sekujur tubuhnya ditumbuhi jamur yang gatal dan butuh waktu lama untuk hilang. Akhirnya dia harus berhenti dari pesantren karena fokus pada perawatan tubuhnya. 

Saat saya menjenguk pun, saya dilarang untuk melihat kondisi penyakitnya itu karena khawatir jijik dan jadi tidak enak makan. Saya hanya diceritakan saja bahwa penyakit kulitnya itu benar-benar parah. Dokter pun sangat menyayangkan penyakit kulit itu menimpa anak perempuan pula. Biasanya anak perempuan itu kan lebih rajin bersih-bersih, tetapi masalahnya ini pada lingkungan di pesantrennya itu karena anak teman saya terkena penyakit kulit sejak tinggal di pesantren. 

Salah satu stigma anak pesantren adalah kurangnya menjaga kebersihan. Kasus anak teman saya itu membuat saya semakin yakin bahwa kebersihan di pesantren itu kurang diperhatikan. Sudah dua kali saya berkunjung ke pesantren dan melihat langsung kenyataan tersebut. Terutama bila satu kamar diisi oleh lebih dari lima orang. 

Selain kamar yang sumpek dan sempit, juga baju-baju basah yang digantung di dalam kamar menyebabkan anak pesantren itu rentan terkena penyakit kulit. Contohnya anak teman saya itu, dia terkena penyakit kulit saat tinggal di pesantren. Entah bagaimana tertularnya. Yang pasti itu menyebabkan trauma bukan hanya pada anak tapi juga pada orangtuanya. 

Teman saya tidak mau lagi menyekolahkan anaknya di pesantren. Kalau sudah sembuh, akan disekolahkan di sekolah non pesantren saja. Tentunya stigma ini jangan digeneralisir bahwa semua anak pesantren pasti kurang menjaga kebersihan, tetapi kita juga jangan menutup mata adanya kenyataan tersebut. Buktinya nih ada aktivis yang mendirikan Gerakan Pesantren Sehat untuk menyebarkan pesan kebersihan ke seluruh santri pesantren.  

Gerakan Pesantren Sehat 

Gerakan Pesantren Sehat atau GPS ini didirikan oleh Mohammad Afifi Romadhoni dari Jambi. Lulusan Kedokteran dari Universitas Jambi ini memang pernah sekolah di pesantren sehingga mengetahui kondisi di pesantren. Aktivitas GPS bisa diketahui dari instagram @gps.foundation. GPS aktif melakukan kegiatan edukasi kesehatan berupa Sharing Class PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat) dan Cerita Santri serta kegiatan mentoring dan refleksi untuk mencari solusi dari berbagai permasalahan. 

Edukasi GPS dalam hal kebersihan dimulai dari cara mencuci tangan dengan benar sampai pentingnya menjaga kebersihan asrama. Sedangkan untuk edukasi kesehatannya meliputi edukasi makanan sehat, olahraga bersama, vaksinasi, mencegah penularan virus corona, dan lain sebagainya. Edukasi kesehatan dan kebersihan itu dilakukan oleh anggota dan relawan GPS dengan melakukan pembinaan di lima pesantren yang ada di Jambi. 

Semoga saja dengan edukasi kesehatan dan kebersihan ini, para santri di pesantren bisa lebih peduli dengan kesehatan dan kebersihan sehingga meminimalisir kasus-kasus penyakit kulit seperti yang menimpa anak teman saya itu. Untuk menyemangati para santri agar semangat menjaga kesehatan dan kebersihan, GPS juga rutin mengadakan kegiatan Duta Santri Sehat, Pekan Olahraga Santri, Festival Santri, dan Nyantri Sehat Astra. 

Tak hanya memberikan edukasi kesehatan dan kebersihan, GPS juga mengadakan kegiatan sosial di pesantren seperti kegiatan Pesantren Tanpa Rokok, Buku untuk Santri, Donasi Buku Bekas Layak Baca, Santri Sehat Ramadan Berkah, A Day with Lansia, donasi bencana alam, dan lain-lain. Banyak kegiatan positif yang dilakukan oleh GPS untuk mengangkat citra santri pesantren. Tak hanya sehat dan bersih tetapi juga cerdas dan bermanfaat untuk masyarakat di sekitar. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline