Lihat ke Halaman Asli

Leyla Imtichanah

Penulis, Blogger, Ibu Rumah Tangga

Menjaga Api Semangat untuk Adik-adikku

Diperbarui: 17 Juni 2015   14:42

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1419232342353029908

Bersyukur itu tidak hanya ketika mendapatkan anugerah, tapi juga ketika mendapatkan musibah.

Musibah terbesar dalam hidupku adalah ketika ibuku mengembuskan napas terakhir karena kanker. Aku masih ingat janjiku kepadanya. Aku akan membahagiakannya dengan meraih masa depan cemerlang, karena ia telah bekerja keras untuk memberikan pendidikan yang tinggi kepada keempat anak perempuannya. Akan tetapi, ia hanya sempat melihatku menjadi sarjana. Adikku yang nomor dua dan tiga masih kuliah, sedangkan yang bungsu baru berusia limatahun ketika ia meninggal dunia.

Untuk apa lagi aku meraih cita-cita tinggi jika Ibu tak menyaksikannya? Sejak remaja, aku sudah suka menulis novel. Ibu sempat melihat beberapa novelku diterbitkan, dan beliau sangat bangga. Aku ingin Ibu melihatku menjadi novelis sukses, tapi Tuhan terlalu cepat mengambilnya. Semangatku memudar ketika Ibu meninggalkan kami. Penyakit kanker itu tetap mencabut nyawa Ibu, meskipun kami sudah bersusah payah mengusahakan pengobatannya sampai menjual rumah, tanah warisan, dan semua uang royalti yang ada di tabunganku pun ludes tak bersisa. Bahkan, hingga kini aku masih menanggung hutang biaya pengobatan kanker Ibu.

Menjaga api semangat itu sungguh tidak mudah, tanpa adanya dukungan dari seorang Ibu. Hingga aku teringat pesan terakhir Ibu, “tolong jaga adik-adikmu, bantu mereka agar bisa menjadi sarjana sepertimu.” Aku pun menguatkan diri dan kembali menyusun cita-cita. Aku terus menulis, yang sebagian royalti dan honor menulis kuberikan untuk melunasi hutang Ibu dan membantu sekolah adik-adikku.

Musibah yang menimpa ibuku, membuatku menjadi individu yang mandiri, kuat, tegar, dan bermanfaat, tak hanya untuk diriku sendiri tetapi juga untuk adik-adik yang sebagian tanggung jawab ibuku beralih ke pundakku. Kini, dua adikku sudah menjadi sarjana, bekerja, dan menikah, tetapi masih ada satu lagi si bungsu yang masih duduk di bangku SMK. Semoga aku bisa terus menjaga api semangat di dalam diriku dan mensyukuri setiap anugerah maupun musibah yang ditakdirkan-Nya untukku.

[caption id="attachment_342749" align="aligncenter" width="252" caption="Aku dan adik bungsuku"][/caption]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline