Jamu di Masa COVID-19
Kemarin adalah pagi yang sungguh menggairahkan. Saya mengadakan 'video call' dengan bu Ngainah, Ibu Jamu sederhana yang tinggal di Kroyo, Karang Malang, Sragen, Jateng. Apalagi ada mbak Theresia Eko yang ada di saluran 'video call' pula.
Dengan berpakaian topi Dayak yang "didandani" oleh mbak Eko, Bu Ngainah tampak menarik sekali. Wajahnya memang mirip ibu-ibu Dayak yang berkulit kuning.
Ini merupakan kejutan pagi yang seru. Ini bisa dipahami karena Mbak EKo cukup lama bekerja untuk masyarakat Long Pahangai dan Long Apari di Mahakam Hulu ketika Mbak Eko membantu untuk melestarikan motif adat Dayak dan mengembangkannya menjadi batik dengan menggunakan pewarna alam lokal.
Mbak Eko juga saya kenal sebagai auditor sertifikasi produk organik, termasuk di antaranya gula kelapa. Ini membuat banyak hal nyambung ketika kami ngobrol. Yang jelas, mbak Eko adalah pribadi pantang menyerah. Ia akan kejar sesuatu sampai dapat.
Tentang Ibu Ngainah yang berusia 52 tahun, ia telah memulai bisnis jamu sejak 10 tahun yang lalu. Ini ia lakukan untuk membantu suaminya yang bekerja sebagai tukang beca. Memiliki lima orang anak tentu berat. Saat ini mereka memiliki 5 orang anak dan 7 cucu.
Sejak Covid-19 melanda Indonesia, bu Ngainah popular karena menjual "Jamu Corona" yang terbuat dari empon empon, antara lain kunyit, jahe merah, sereh, temulawak, kayu manis dan gula batu.
Ini dipercaya masyarakat meningkatkan imunitas. Bu Ngainag mengatakan bahwa setiap hari, minimal terdapat sekitar 20 orang pelanggan selalu ia kirimi jamu di rumahnya. Itu tentu menyenangkan bagi bu Ngainah. Sementara banyak bisnis gulung tikar di masa COVID-19, jamunya tetap laris.
Memang, sejak wabah COVID-19 merebak, segala produk, obat dan jejamuan serta beberapa jenis makanan diklaim dapat mencegah dan menyembuhkan COVID-19.
Hal ini seperti ini tentu hal yang wajar muncul. Bagaimanapun, masyarakat ingin berpegangan pada harapan untuk tidak terserang virus Corona yang masih dianggap misterius ini.
Masyarakat berharap banyak pada jamu, termasuk jamu gendong sebagai anti Corona. Tak heran bila diberitakan bahwa dagangan Ibu Jamu Gendong bernama Ibu Diana di Malang laris manis.