Skandal Direktur Utama Garuda yang Membawa Serta Relasi Tidak Profesional dengan Pramugari
Skandal penyalahgunaan wewenang menyelundupkan Harley Davidson pada penerbangan Garuda yang melibatkan Direktur Utama Garuda, AA, pada akhirnya membawa serta skandal perselingkuhan dengan salah seorang pramugari.
Tak hanya itu, media sibuk memberitakan beberapa kasus yang didakwakan sebagai prostitusi yang melibatkan Pramugari. Kemudian, mediapun memberitakan banyak hal seputaran pramugari.
Misalnya, memuat soal daftar pramugari Garuda yang cantik dan tampil mempesona (popbela.com). Dan, pada akhirnya diulas pula persoalan adanya pelecehan seksual yang dihadapi pramugari, di samping jam terbang yang panjang yang tidak memungkinkan pramugari memiliki waktu istirahat yang memadai. (Jawapos.com, 11 Desember 2019).
Berita terkait skandal Direktur Utama Garuda yang melibatkan pula hubungan percintaan dengan pramugari yang di'blow up' media terus meningkat. Bagi media, hal ini tentu terkait dengan tujuan mendapatkan banyak "viewers".
Namun, bagi pramugari dan profesi pramugari, pemberitaan tersebut sangatlah merugikan citra dan profesionalisme kelompok perempuan yang bekerja sebagai pramugari.
Ini sempat menjadi kegalauan dik Tenik Hartono, redaktur senior Femina Group di laman Facebook. Dik Tenik mengharapkan agar Garuda Indonesia berbenah bukan hanya kinerjanya tapi juga pada citra negatif yang muncul dari kasus tersebut dan 'penggorengan' oleh banyak media. Tulisan ini melanjutkan kegalauan kami.
Seperti kita ketahui, Garuda mendapat banyak penghargaan terkait layanan terbaik awak kabin untuk kelas ekonomi selama bertahun tahun oleh Skytrax. Ini merupakan capaian profesionalisme awak kabin Garuda, termasuk pramugarinya.
Skandal serupa pernah meramaikan media di Jepang. Berita tersebut juga mencatat laporan yang menyebutkan flight attendance, baik perempuan dan laki laki yang bersedia 'tidur' dengan pilot untuk mendapatkan uang tambahan.
Dilaporkan bahwa beberapa orang yang lain melakukannya agar mendapatkan 'perintah terbang'. Juga, muncullah tulisan bahwa di maskapai Jepang tersebut, pramugari diperlakukan sebagai pelacur. Ini berita fuka bagi perempuan yang bekerja sebagai pramugari.
Isu yang ditemukan pada dunia penerbangan sebenarnya bisa terjadi dan ditemui di profesi lain. Kita mendengar isu serupa terkait relasi murid perempuan sekolah dengan gurunya, antara mahasiswa perempuan dengan dosen di universitas, antara pekerja perempuan dengan pimpinan di kantor-kantor.
Lalu, mengapa berita tentang pramugari menjadi sorotan tersendiri? Apa yang terjadi sebenarnya? Dan, bolehkah media, termasuk media sosial dan kita turut 'menggorengnya'?