Lihat ke Halaman Asli

Leya Cattleya

TERVERIFIKASI

PEJALAN

Cerpen | Brondong Pencari Pohon Tepi Jalan

Diperbarui: 17 November 2019   17:05

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi Laki Laki dan Pintu Hutan (Foto : backgroundcool.com)

Setelah menggondol gelar sarjana ekonomi, Adimas meneruskan kuliah di Fakultas Pascasarjana Penciptaan dan Pengkajian Seni Urban dan Industri Budaya di suatu Institut Kesenian di Ibukota.

Adimas sangat bahagia. Bagaimana tidak? Mimpinya untuk kuliah di bidang seni budaya akhirnya ada di genggamannya.  

Sesuatu yang ayahnya tak pernah ijinkan. 

Bagi ayahnya, pendidikan harus di bidang yang dianggap 'laku' di pasar kerja. Itu artinya adalah kuliah di fakultas ekonomi atau bisnis dan manajemen.

Namun, itu masa lalu. 

Setelah ia selesaikan S1 nya, ia lebih bebas menentukan hidupnya. 

Apalagi ia mendapat sebagian saham dari perusahaan ayahnya. Juga ayahnya beri sedikit modal untuk Adimas aktif jual beli surat berharga. 

Jadi, ia bisa bermain di pasar modal sambil kuliah S2. "Mimpi jadi kenyataan",  pikir Adimas.

Waktu belajar di Institut Kesenian ia nikmati. Di semester satu ini, Adimas rajin hadir di mata kuliah Semiotik, Seni Urban dan Industri Budaya, Workshop Dasar Penulisan, dan Wawasan Seni Budaya.

Buku Carlo McCormick A History of Uncommissioned Urban Art, tulisan Carlo McCormick, juga buku Rafael Shacter tentang The World Atlas of Street Art and Graffiti jadi bacaan favoritnya. Belum lama ini, ia baca habis Graffiti Kings: New York Transit Art karya Jack Stewart.

Iapun tergila gila pada Sonja Dumpelman atas inspirasi  " Seeing Trees: A History of Street Trees in New York City and Berlin". 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline