Lihat ke Halaman Asli

Leya Cattleya

TERVERIFIKASI

PEJALAN

Poligami? Enak Aja!

Diperbarui: 10 Juli 2019   21:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber : loveandfidelity.org

No Way to Polygamy!
Tulisan ini menanggapi artikel rekan Kompasianer Hamdani "Say Yes to Poligami?" di sini. Terima kasih telah berbagi. Kita punya pandangan berbeda ya, Pak Hamdani. Tidak mengapa. 

Memang usulan Poligami masuk dalam Qanun dikhususkan untuk wilayah Aceh, namun saya tetap katakan "No Way to Poligami!".

Kompasianer Hamdani menyebut bahwa soal poligami marak dalam perdebatan 5 tahun terakhir. Tidak. Poligami selalu menjadi diskusi lama.

Ingat Vincentia Tiffani yang "melamar dipoligami" kepada Sandiaga Uno, cawapres 02 pada masa kampanye yang lalu? Meski diklarifikasi sebagai isu 'titipan' pertanyaan dari panitia dan Vincentia menyatakan menyesal dan meminta maaf kepada publik, saya sangat menyayangkan hal tersebut. Apalagi Vincentia mewakili milenial. Peristiwa tersebut jadi contoh buruk tentang perempuan menjadi objek politik.

Pada masa kampanye Pilpres 2019, saya memang mengkhawatirkan kembalinya pandangan yang konservatif, khususnya dari kalangan pengusung salah satu Paslon.

Dan, rupanya tekanan pada kebutuhan untuk berpoligami meningkat dengan adanya situasi di beberapa negara seperti Brunei Darussalam yang menerapkan poligami sebagai barang halal. 

Pandangan saya tentu pandangan perempuan. Itu pasti! Dan, sebagai seorang perempuan dan ibu dari anak perempuan, dan sebagai perempuan saudara dari  kaum perempuan, saya punya kepentingan pribadi, sekaligus kepentingan politik untuk menyampaikan tanggapan ini.

Adalah menyedihkan melihat masyarakat yang menempatkan seakan poligami adalah hal biasa bagi perempuan. Jadilah perempuan dan mungkin perlu rasakan apa itu poligami, sebelum katakan 'Ya'.

Poligami itu kompleks. Suatu artikel di Indonesiaexpat.biz menuliskan bahwa banyak pelaku poligami memilih langkah menikah siri, atau merahasiakan pernikahannya. Pada umumnya pelaku poligami tidak meminta izin istri pertama.

Sedihnya, pendukung poligami sudah lebih cepat. Mereka membuat aplikasi AyoPoligami, suatu aplikasi yang membantu peminat poligami untuk mendapatkan pasangannya. Yang begini ini pasti laku seperti pisang goreng. Pranayama, penggagas aplikasi itu sendiri terkaget karena dalam lima bulan, aplikasi bisa merangkul 56.000 pengguna. Untung saja telah diblokir karena aplikasi itu mendorong relasi di luar pernikahan.

Salah seorang perempuan pelaku poligami, Wulandari, mengatakan bahwa tidak mudah menjadi perempuan dalam situasi berpoligami. Ia mengatakan menyadari implikasi keputusannya. Ia tak mampu menjelaskan keputusannya kepada publik.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline