Lihat ke Halaman Asli

Leya Cattleya

TERVERIFIKASI

PEJALAN

Untuk Pak Jokowi, dengan Kebanggaan, Harapan, dan Kepedihan

Diperbarui: 6 Juli 2019   10:14

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pak Jokowi dan Obama pada pertemuan di tahun 2017 (Fotografer Istana Kepresidenan)

Pak Jokowi yang Membanggakan dan Perempuan-perempuan yang Mendukungnya

Setelah hiruk pikuk proses politik dan demokrasi yang berjalan alot, akhirnya kita yakin bahwa Pak Jokowi adalah presiden kita ke depan. Hampir semua media di arus utama menayangkan dan menuliskan tentang Pak Jokowi dan Maruf Amin. Begitu banyak rasa kepercayaan. Begitu tinggi akan harapan ke depan. Tentu terdapat pula ketidakpercayaan dan keputus-asaan.

Ini mengingatkan kita pada cukup banyak kemiripan Pak Jokowi dengan Obama. Soal perjuangan mereka berdua mendorong diimplementasikannya perlindungan kesehatan masyarakat. Obama dengan Obamacare mengembangkan cakupan asuransi kesehatan yang purna bagi masyarakat Amreika oleh pemerintah federal yang dilindungi the Patient Protection and Affordable Care Act (PPACA) dan disahkan konggress dan presiden pada 23 Maret 2010. Sementara, Pak Jokowi berjuang melalui BPJS Kesehatan. Keduanya menghadapi tantangan dan penolakan dari begitu banyak aktor swasta di sistem kesehatan dan asuransi.

Kesamaan lain adalah kedekatan keduanya dengan publik. Baik Pak Jokowi dan Obama adalah dua orang yang sederhana dan mampu berbicara dengan bahasa 'rakyat' dengan warganya. 

Keduanya banyak menerima surat. Surat "cinta" dan surat "marah". Yang mengherankan, mereka berdua mengakui keberadaannya. 

Jokowi yang terbuka dalam diskusi dengan Ibama dalam kunjungan tahun 2017 ( Kator Kepresienan)

Pendukung keduanyapun berasal dari berbagai kalangan, mulai dari petani, nelayan, pedagang asongan, kelompok swasta,  mahasiswa, aktivis perempuan, sampai kelompok LGBT. Ini adalah kekuatan. Tentu saja, kelompok konservatif akan mengerenyitkan dahinya membaca ini. 

Lima tahun yang lalu, wajah Pak Jokowi ada di sampul depan majalah Time dengan judul "A New Hope", Sebuah Harapan Baru. Kemenangannya memberi harapan sebagai presiden dari satu satunya negara demokrasi yang tersisa di planet bumi, atau paling tidak di Asia. Baru baru ini, wajah Pak Jokowi menjadi sampul depan majalah  di Emirat Arab.  

Perjalanannya dimulai dari seorang pengusaha mebel, kemudian walikota Solo, dan Gubernur DKI Jakarta, dan selanjutnya memenangkan suara warga Indonesia sebagai Presiden RI. Ini heroik. 

Wajahnya yang biasa biasa saja. Tubuhnya kurus. Bukan anak pejabat. Bukan dari kalangan kaya raya. Tapi, prestasinya tidak biasa. Dihina dan dihujat habis habisan sudah biasa. Pada akhirnya, ia memang orang pilihan.  Rekayasa politik sehebat apapun sulit menjadikan hal seperti ini, bila Allah tidak menghendaki. .  Kita bicara soal negara Indonesia yang besar dan kompleks lingkungan politiknya. 

Banyak media 'menangkap' pujian rakyat Indonesia kepada Pak Jokowi. " Pak Jokowi kerja keras dari Sabang sampai Merauke. Dia jujur, tidak seperti orang lain yang korupsi', kata Mery, 65 tahun, pedagang tahu di Jakarta Selatan (the Guardian, Mei 2019). Juga pendapat Achmad, penjual Soto "Jokowi telah membangun jalan dan sekolah. Ada buktinya".  Memang, dalam kurang dari 5 tahun, Pak Jokowi membenahi infrastruktur Nusantara. Dari Sabang sampai Merauke ia sentuh. Jalan, besar dan kecil, bandara, jembatan dan pelabuhan.

Soal dukungan perempuan, kita tahu bu Irina. Tetapi lebih dari itu. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline