Lihat ke Halaman Asli

Leya Cattleya

TERVERIFIKASI

PEJALAN

Doa untuk Negeri atas Pemilu Paling Kompleks se-Dunia

Diperbarui: 21 April 2019   16:19

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pengangkutan Kartu Suara di Maros (Daeng Mansyur)

Pemilu telah usai. Kemeriahan dan perayaan rakyat penuh damai telah digelar. Kita harus merayakan keberhasilan merangkai damai. Angka Quick Count dan Exit Poll telah diluncurkan sejak jam 15.00 untuk melihat prediksi hasilnya. Apapun hasil 'real count'nya, kita berharap kebaikan bagi bangsa ini.

Pemilu kali ini adalah Pemilu yang membuat saya secara khusus memanjatkan doa. Ini rahasia kita. Boleh anda katakan saya lebai. Ikhlas sudah dengan sebutan itu.

Dan rupanya saya tidak sendirian. Supir taksi, Asisten Rumah Tangga (ART), Mas Yono penjual sayur langganan keluarga kami, dan juga kawan kawan dan saudara saya yang mungkin  dikatakan 'lebai' melakukan hal yang sama. Doa kecil sebelum berangkat ke TPS. Untuk kedamaian dan keselamatan. Bukan semata untuk kemenangan jagoan. Ini tentu karena kita perduli tentang keutuhan bangsa . Kita lelah membaca sumpah serapah tak berkesudahan. 

Pemilu kali ini punya wilayah politik dan ideologi yang begitu kompleks. Kompleksitas yang mungkin tidak bisa kita bayangkan hanya dengan melihat perang posting oleh Cebong dan Kampret yang ada di media sosial. 

Data yang dirilis CNN pada bulan ini menunjukkan bahwa Pemilu 2019 didanai sebesar Rp 24,8 triliun untuk memfasilitasi 192 juta pemilih yang terdaftar. Ini belum termasuk sumbangan korporasi dan swadaya warga untuk berkampanye dan mensukseskanya.

Pemilih itu tersebar di 810.329 TPS di 19.000 pulau di Indonesia dan dikelola oleh 7.2 juta orang panitia Pemilu. Dan semua riuh rendah perhelatan ini adalah untuk memilih sepasang presiden dan wakil presiden dan 575 anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), 136 anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD), serta anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD Provinsi maupun DPRD Kabupaten/Kota) se-Indonesia untuk periode 2019--2024 (CNN, April 2019).

Bahkan, bila kita cek data dari Setkab, anggaran itu lebih tinggi. Kompasianer Philip Manurung menyodorkan angka dari Setkab sebesar Rp 25,59 Trilium, belum termasuk biaya pengawasan sebesar Rp 4,85 Triliun, dan biaya keamanan Rp 3,29 Triliun, sehingga totalnya sekitar Rp 33,73 Triliun.

Ini mungkin saja kemewahan luar biasa, atau memang menunjukkan gambaran luasnya wilayah dan masyarakat yang dilayani. Pesta besar yang dilakukan dalam 1/4 hari, atau tepatnya 6 jam saja.

Sementara, Pemilu di India (dan di Amerika) dilakukan dalam rentang beberapa bulan. Bukankah Pemilu kita begitu kompleks?  Berbagai media asing ternama melihat demikian pada aspek ini.

Bagaimana kita mengadakan dan mengelola suatu Pemilu yang bersih dan jujur di tengah iklim politik dan korporasi yang saling korupsi dan pemerintahan yang masih belum efisien.

Bagi Indonesia, Pemilu yang dimaksud adalah yang diadakan dengan TPS dengan kartu suara dan paku dan bukan dengan pena dan komputer atau mesin online untuk lakukan hak pilih, serta 1,6 juta botol tinta yang bersertifikasi halal. Ini adalah kompleksitas berikutnya. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline