Lihat ke Halaman Asli

Leya Cattleya

TERVERIFIKASI

PEJALAN

Perempuan Pendayung Sampan dan Komodifikasi Sosial di Damnoen Saduak

Diperbarui: 10 Maret 2019   01:06

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Perempuan Pendayung Sampan (Dokumentasi Pribadi)


Pasar terapung yang berkembang di banyak wilayah dunia seperti di Myanmar, Kepulauan Solomon, di Indonesia dan di Thailand adalah menarik. Sejarah merekapun beravariasi antara bentukan pasar apung tradisional, komodifikasi pasar apung tradisional yang berkembang menjadi moderen sampai pasar apung yang memang dikonstruksi dengan pendekatan modern.

Satu pasar apung yang saya hendak diskusikan adalah Damoen Saduak di Thailand. Ada banyak hal yang saya belajar dari tujuan wisata yang satu ini.

Untuk menuju ke lokasi Damnoen Saduak, saya sengaja berangkat dari Bangkok jam 6 pagi karena diperlukan waktu sekitar 2 jam untuk sampai ke lokasi. Ini untuk memastikan saya tidak kesiangan karena lokasi dikenal sangat ramai.

Ketika memasuki pintu masuk wilayah kanal, saya melihat beberapa orang sedang mencuci beberapa perabotan makan di sungai itu di rumah apung mereka. Namun, memasuki pasar apung, sudah nampak kesibukan jual beli yang menarik. Saya mencatat beberapa kesan dan fakta tentang Damnoen Saduak.

Pertama, Damnoen Saduak adalah pasar terapung terbesar dan tersibuk di Thailand. Setidaknya terdapat 12 pasar terapung yang diperkenalkan berbagai biro perjalanan di Thailand. Sebut saja Khlong Lat Mayom dan Aphawa yang berlokasi di Bangkok. Juga, Bang Nam Pheung, Taling Chan, Tha Kha, Bhangkla, Bangkoi, Bang Nok Kwaek, Muang Baron, dan Damnoek Saduak yang berada di luar Bangkok.

Jumlah kanal di Damnoen Saduak adalah lebih dari 200 buah. Jumlah kanal ini jauh lebih banyak dari kanal kanal di pasar lainnya. Ini tentu membuat pasar menjadi mengular luar di kanal kanal itu.

Dokumentasi Pribadi

Kedua, pasar terapung ini berwajah perempuan. Hampir semua pendayung perahu yang juga berlaku sekaligus sebagai penjaja dagangan di Damnoen Saduak adalah perempuan.

Perempuan yang mendayung sampanpun terdiri dari berbagai kelompok umur. Dari usia muda, setengah umur dan bahkan mendekati lansia. Hal ini berbeda dibandingkan dengan pasar apung manapun di dunia, juga di Indonesia yang terdapat cukup banyak laki laki. 

Perempuan-perempuan mendayung 'sampan', sebutan untuk perahu kecil yang rupanya memiliki kata yang sama dengan apa yang kita miliki dalam bahasa Indonesia. Perempuan juga berjualan makanan dan buah buahan di dalam perahu.

Ada 'Phak Thai', sup Tomyam dan sup ikan yang dapat kita beli di sampan. Memang ada beberapa laki laki penjual suvenir yang ada di daratan kanal, namun wajah pasar apung di sepanjang kanal adalah wajah perempuan. Perempuan menjual topi topi cantik, perhiasan, kain tenun dan banyak suvenir dari Thailand yang lain.

Sayapun sering beruntung bertemu dengan perempuan pengayuh sampan yang sudah setengah baya, tetapi tetap cantik langsing dengan menggunakan topi anyaman bambunya 'ngob'.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline