Sanur adalah pantai favorit terdekat untuk memotret matahari terbit. Di sepanjang Sanur terdapat 10 pantai yang bisa dikunjungi. Pantai Sindhu, Pantai Sanur, Pantai Cemara, Pantai Karang, Pantai Padang Galak, Pantai Mertasari Segara, Pantai Inspirasi, Pantai Pandawa, Pantai Ketewel, Serangan Beach, dan Pantai Ketewel.
Di antara 10 pantai tersebut, Pantai Mertasari Segara adalah salah satu yang menarik untuk spot foto. Banyak perahu cantik khas Sanur dan tentu dengan nelayannya. Biasanya selalu saja ada oleh oleh foto dari sana. Yang jelas, di pagi gelap yang cerah akan banyak fotografer berkumpul, mengendap endap sejak jam 5.00 pagi di menanti terbitnya sang matahari.
Pagi itu, pada saat saya ada Pantai Mertasari Segara. Samvil membidik matahari terbit, melintas di depan kamera saya 3 orang perempuan cukup tua, tepatnya nenek nenek, kurang lebih antara usia 65 sampai 70 tahun.
Bayangan atau siluet tubuh mereka cukup menarik karena mereka bertiga mengenakan caping bambu dan pinggangnya tergantung keranjang tempat ikan. Di Jawa, nama keranjang ini adalah Kepis. Saya mengambil beberapa gambar bayangan mereka, lalu saya ikuti langkah mereka.
Saya mempercepat langkah karena tiga perempuan itu lincah melangkah cepat. Karena saya sapa, mereka sedikit memperlambat langkah. Kami akhirnya bisa berjalan berdampingan dan memulai pembicaraan. Ternyata tiga perempuan ini adalah nelayan pencari bulu babi. Mereka berjalan dari pinggir pantai ke arah intertidal atau daerah antara tanda air pasang untuk dapat memperoleh bulu babi.
Dalam satu hari mereka dapat mengumpulkan sepenuh kepis kecil dipinggangya, berisi sekitar 10 ekor. Bulu Babi itu mereka jual kepada pengepul yang kemudian menjualnya kepada restoran yang ada di Sanur. Seekor Bulu Babi dihargai sekitar Rp 3.000 sampai Rp 4.000.
Satu dari tiga perempuan itu, Made Sunarsi, walau nampak paling tua tetapi ia paling lincah. Mereka kembali berjalan langkah menuju batas air pasang. Mereka tak mau terlambat karena hari akan segera siang. Mata saya tetap memandang dan berusaha memotret ke mana mereka berjalan.
Saya masih termenung melihat ketangkasan tiga ibu ibu pengumpul bulu babi tadi. Saya membayangkan mereka harus menempuh ombak pantai sampai batas pasang dan menangkap bulu babi yang berduri itu tentu perlu strategi khusus agar tidak terluka.
Cukup menakjubkan karena ketiga perempun itu cepat sudah berada di batas air pasang dan bergabung dengan beberapa orang yang telah ada di sana. Matahari sudah naik ketika saya melihat jauh di sana, beberapa orang dan juga tiga nenek pengumpul Bulu Babi masih berjalan dan berendam dalam air laut. Saya hanya berdoa kecil semoga mereka beruntung hari itu.
Di Bali, Bulu Babi yang dikenal sebagai Oro di Bali adalah makanan khas di wilayah Sanur dan juga Pulau Serang, Denpasar. Tentu kita juga dapati kuliner Bulu Babi di wilayah Indonesia lainnya, misalnya di Wakatobi dan di Buton. Bulu Babia atau Echinoidea atau di dunia global sering disebut Sea Urchin merupakan hewan laut yang berbentuk bundar dan memiliki duri pada kulitnya.
Penelitian menunjukkan bahwa terdapat sekitar 950 spesies Bulu Babi dan mereka dapat ditemukan di daerah batas pasang surut sampai di kedalaman 5.000 meter.