Lihat ke Halaman Asli

Leya Cattleya

TERVERIFIKASI

PEJALAN

Duh Anemon, Si Rumah 'Nemo' jadi Pepes Buli Buli di Wakatobi!

Diperbarui: 28 Januari 2019   07:44

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mikael Kvist,, Getty Image


 Pepes Buli Buli sang Anemon rumah 'Nemo'

Suatu saat saya ada dalam suatu perjalanan kerja untuk melakukan penelitian sosial suatu proyek pembangunan instalasi listrik dengan tenaga matahari. Kali ini wilayah kerja kami di  beberapa desa di Wakatobi. Ketika tiba istirahat makan siang, kami mendapatkankan hidangan pepes Buli Buli (anemon) sebagai salah satu menu. Mata terbelakak. Kaget. Bagi saya ini tak terbayangkan, tapi bagai warga Wakatobi, anemon memang sering dimasak untuk sup, tumis dan juga pepes. 

Pepes Anemon (guebanget.com)

Untuk pepes, buli buli atau anemon dibersihkan dahulu dari lendirnya dengan cara dicuci. Setelah dipotong potong, anemon dicampur dengan bumbu bumbu, antara lain bawang merah, bawang putih, lada dan ketumbar. Pada beberapa resep, mangga muda atau belimbing wuluh dan bawang merah juga dicampurkan dalam pepes. 

Menurut reviu atas makanan tersebut, buli buli memang dinayatakan memiliki protein tinggi. Bahkan pada saat pameran pangan Wakatobi yang diadakan Kementrian Pariwisata sekitara 2016 di Jakarta, pepes buli buli menjadi salaha satu makanan oleh oleh dari Wakatobi yang dipamerkan. 

Ketika saya ditawari Pepes Buli Buli, jawaban saya 'No way'. Pertama, karena saya vegetarian. Kedua, saya tidak mau menghabiskan anemon, tempat bertelor 'Nemo'. Ketiga, karena perlu waktu lama untuk regenerasi anemon. Keempat, karena terdapat relasi khusus antara "Nemo' dengan anemon. 

Itulah pandangan saya sebelum saya membaca lebih baik tentang keduanya. 

Saya sempat penasaran tentang relasi Anemon dan "Nemo' ini, setelah menonton film kartun 'Finding Nemo' karya Walt Disney yang diciptakan berpuluh tahun yang lalu. Bahakan karena keberhasilan 'Finding Nemo', sekual film juga dibuat dengan judul "Finding Dori'. Dari membaca, akhirnya saya tahu. Ada beberapa hal yang saya benar, tetapi banyak hal saya ternyata salah tentang anemon dan "Nemo' ini. 

Coba kita cari tahu tentang argumentasi yang saya buat sebelum saya paham, dan kita bandingkan dengan apa yang saya baca. 

Alasan yang pertama soal saya vegetarian, ya sudahlah, itu pilihan. Ada beberapa alasan mengapa saya memilih untuk melakukannya. Dan, akan perlu waktu lama bila kita perdebatkan. Untuk alasan ini, kita selesai sudah.  

Alasan kedua, soal Nemo yang bertelur di anemon. Ikan badut ternýata bertelur di karang karang. Kita sering melihat bahwa memang anemon banyak menempel di karang karang untuk menunggu santapannya atau untuk bersantai dan bermain. Soal pandangan bahwa ikan badut bertelor di anemon adalah  kebohongan "Walt Disney" yang cukup menyesatkan. Apalagi 'FInding Nemo" banyak sekali penggemarnya. Anak anak perlu dijelaskan tentang kebenaran, tentang realitanya. Logikanya adalah,  anemon adalah omnifora. Mereka memakan biota laut, baik plankton dan ikan ikan kecil dan besar, serta tanaman laut. Bila telur ditetaskan di anemon, tentu telur telur iklan badut akan dimakan anemon. 

Dalam masyarakat ikan badut, ikan badut jantan berubah jadi betina untuk bertelur. Ketika ikan badut betina, karena sesuatu sebab mati atau pergi atau diambil dari kelompoknya, maka ikan jantan yang paling besar akan berubah jadi perempuan untuk menjalankan peran reproduksinya. Ikan betika akan bertelur di karang karang dan menunggunya telurnya sampai menetas. Memang membayangkan bahwa 'Nemo' adalah hemaprodit adalah suatu yang luar biasa. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline