Cucu saya, yang pertama ini, lahir di bulan November 2018. Di bulan pertama kelahirannya, sang ibu cukup sibuk belajar untuk mengenal bayinya. Kemampuan lakukan laktasi, memahami perbedaan tangisan bayi, kebiasaan tidurnya, dan banyak lagi. Satu hal yang sang Ibu temui adalah, rupanya cucu saya intoleransi pada produk susu dan udang yang dikonsumsi sang ibu.
Ketika anak saya mengonsumsi makanan dengan keju dan makanan "seafood", pipi dan badan bayi menjadi kemerah-merahan. Dokterpun menyarankan agar sang ibu melakukan diet susu dan udang. Paling tidak selama setahun umur cucu saya.
Soal alergi dan intoleransi makanan, di awal tahun baru 2019 ini, kita membaca berita tentang meninggalnya seorang anak laki-laki di New York, Amerika Serikat yang terkena karena serangan asma setelah menghirup aroma ikan asin yang dimasak neneknya.
Padahal, hari itu, Cameron Jean-Pierre bersama ibunya, Jody Pottingr datang ke rumah neneknya, Steven Jean Pierre untuk merayakan tahun baru. Atas peristiwa tersebut, the American College of Allergy, Asthma & Immunology memberi nasihat agar orang dengan alergi ikan menghindari area ketika ada proses memasak ikan. Ikan yang sedang dimasak melepaskan protein ke udara.
Juga kita dengar seorang Inggris, Kim De'Atta, memiliki alergi pada wifi dan sinyal telpon seluler. Ia alergi pada gelombang elektromagnetik. Alergi yang dialami membuat ia menderita migrain, lelah berlebih, dan infeksi. Hal ini menyebabkan ia jarang bertemu dengan keluarga dan kawan-kawannya. Alergi wifi ini membuat Kim De'Atta sering berpindah rumah dan harus mengenakan kelambu ketika tidur.
Rupanya, penyebab alergi atau sering disebut allergen tidak lagi terbatas pada bulu binatang, sengatan lebah, gigitan serangga, makanan tertentu seperti susu, kacang, buah, obat-obatan tertentu seperti penisilin atau aspirin, dan tanaman tertentu saja. Alergi dapat sangat bervariasi. Reaksi awal, sering disebut intoleransi, bisa beragam, mulai dari gatal-gatal, kulit kemerahan, sesak napas, sakit perut, diare, sakit kepala dan lain lain. Sementara, ketika alergi sudah serius, bisa mematikan.
Mengenal apa jenis alergi yang kita miliki, membantu kita untuk menghindari gejala dan reaksi tubuh kita.
Berbagai lembaga dan juga suatu organisasi masyarakat professional terkait kekebalan dan alergi tubuh di Australia, ASCIA (Australasian Society of Clinical Immunology and Allergy Limited) mendefinisikan alergi sebagai suatu kondisi reaksi sistem kekebalan tubuh secara luar biasa terhadap sesuatu yang dianggap asing, baik berbayaha maupun tidak.
Hal ini bisa terjadi baik berupa substansi yang menyentuh atau masuk ke dalam tubuh. Sifat alergi sangat khusus pada orang orang tertentu. Hal yang bagi orang lain bukan merupakan masalah, bagi beberapa orang bisa merupakan allergen.
Dalam ilmu kedokteran, alergi juga dibedakan dengan intoleransi. Seseorang yang menunjukkan reaksi tertentu pada allergen sering disebut intoleransi. Misalnya intoleransi pada laktosa. Bentuknya, misalnya, mual dan muntah. Sementara alergi lebih menunjukkan gejala yang lebih serius.
Foodalergi.org mencatat bahwa di Amerika, dicatat tiap tiga menit terdapat seseorang yang harus masuk ruang emerjensi karena persoalan alergi. Tiap tahun, sebanyak 200.000 orang Amerika memerlukan layanan kesehatan karena alergi makanan.