Lihat ke Halaman Asli

Leya Cattleya

TERVERIFIKASI

PEJALAN

Huntara Pintu Berdaya untuk Penyintas Bencana

Diperbarui: 30 Desember 2018   15:30

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Foto : oleh Foto : Zulkarnaen Syri Lokesywara untuk Laporan Pembelajaran Pembangunan Hunian Sementara SETARA untuk Ibu Hamil, Menyusui, Lansia dan Difabel pada Wilayah Terdampak di Lombok Timur, oleh Soehardi Suryadi dan Leya Cattleya, diterbitkan oleh Gema Alam NTB (November 2018)

Bencana Alam yang berlangsung sejak 29 Juli 2018 di Pulau Lombok menumbuhkan keprihatinan banyak pihak. Berbagai langkah yang bersifat sementara untuk memulihkan kondisi warga yang terkena bencana telah dilakukan. 

Salah satunya adalah apa yang dilakukan Gema Alam NTB bersama relawan dan dermawan Sahabat Gema Alam melalui pendirian Hunian Sementara (Huntara) SETARA. 

Pembangunan Huntara SETARA  diintegrasikan dengan intevensi kesehatan dan psikhologis, dengan harapan bahwa penyintas yang rumahnya hancur dapat terlindungi dari penyakit yang muncul di lingkungan pengungsian, di samping persoalan sosialnya. 

Huntara melindungi pengungsi dari bahaya dan risiko banjir yang melanda beberapa wilayah pengungsian di musim hujan. Huntara juga diniatkan agar penyintas dapat segera bangkit dan melanjutkan hidup mereka, membangun kembali keluarganya. 

Data Propinsi NTB (September 2018) mencatat adanya korban jiwa sebesar 467 jiwa di Lombok Utara, 44 jiwa di Lombok Barat, 31 jiwa di Lombok Timur, 7 jiwa di Sumbawa, 2 jiwa di Lombok Tengah dan 9 jiwa di Mataram. Sementara itu, jumlah pengungsi adalah sebesar 101.735 jiwa di Lombok Utara, 116.453 djiwa di Lombok Barat, 104.060 jiwa di Lombok Timur, 41.003 jiwa di Sumbawa, 13.887 jiwa di Lombok Tengah dan 13.894 jiwa di Mataram. Tidak hanya itu, kerusakan rumah dicatat sejumlah 38.497 buah di Lombok Utara, 55.497 buah di Lombok Barat, 15.642 buah di Lombok Timur, 149.706 buah di Sumbawa, 11.232 buah di Lombok Tengah, dan 4.446 buah di Mataram. 

Sahabat Gema Alam adalah suatu mekanisme penggalangan dukungan sumber daya yang baru dibentuk pada pasca bencana Lombok. Ia ada dalam tubuh Gema Alam NTB. Wadah ini tidak sebatas menggali dan mengelola sumber daya (dana, relawan, konsultan, desainer grafis, ahli hukum, dokter, psikholog) melainkan juga membantu menyusun kriteria penempatan sumberdaya tersebut. Karenanya, dalam kurun waktu yang relatif pendek, kerja Sahabat Gema Alam lebih banyak berasal dari donasi kawan kawan dan sahabat penggagas. Sementara, Gema Alam NTB mengidentifikasi pemanfaat,  serta melakukan pendampingan penyintas untuk membangun Huntara. Dalam kaitannya dengan layanan kesehatan penyintas, Gema Alam NTB memfasilitasi kerja pasca bencana melalui penyediaan logistik (mobil, konsumsi dan tempat tinggal relawan).

Prioritas utama alokasi dana untuk pembangunan Huntara SETARA diberikan kepada utamanya ibu hamil dan menyusui. Selanjutnya prioritas diberikan kepada lansia dan difabel sebagai bagian dari kelompok rentan lainnya. Walau berfokus pada penanganan kesehatan reproduksi, kerjasama antara Sahabat Gema Alam dan Gema Alam NTB terus berjalan dan meluas pada kegiatan lain. Kegiatan penanganan penyintas bencana alam memang membutuhkan dukungan dari banyak pihak agar proses dan hasilnya mampu menjangkau lebih banyak warga penyintas yang paling membutuhkan, baik di Kabupaten Lombok Timur (Lotim) maupun di NTB.

Sesungguhnya telah terdapat beberapa  pihak mencoba membangun Huntara di Lombok Timur. Bentuk dan kualitas bangunan, pihak pembangun serta pendekatan pendanaannyapun berbagai. Gema Alam NTB dan Sahabat Gema Alam mencatat bahwa kebutuhan akan Huntara adalah prioritas dan dipandang sebagai salah satunya bertujuan mengurangi dampak fisiologis dan psikologis akibat terlalu lama hidup di bawah tenda pengungsian. Konsep hunian ini selain relatif murah biayanya, juga bisa dibangun oleh masyarakat sendiri, melalui pendekatan gotong royong dengan melibatkan dermawan and swadaya. Sebagian dari material Huntara juga dapat diperoleh dari sisa-sisa bangunan yang roboh akibat terkena gempa. Besarnya jumlah warga yang membutuhkan menuntut dukungan banyak pihak untuk bersama-sama membantu penyediaan. Sekalipun itu hunian tersebut adalah sementara. 

Akhir akhir ini terdapat banyak komentar terkait kualitas hunian sementara yang dibangun secara partisipatif dan swadaya, dibandingkan dengan pembangunan Huntara yang dilakukan pengembang. Komentar tersebut melihat dari aspek kualitas. Namun demikian, Gema Alam NTB dan Sahabat Gema Alam tetap mendorong aspek partisipatif dan swadaya menjadi dasar, mengingat hal ini lebih memberdayakan. 

Huntara SETARA yang pembangunannya difasilitasi oleh Gema Alam NTB dan Sahabat Gema Alam berangkat dari hasil Kajian Kebutuhan Paska Bencana (Jitupasna) dan Studi Aksi Kesehatan Reproduksi Paska Bencana Lombok. Rekomendasi untuk mengadakan pembangunan Huntara dikomunikasikan oleh Gema Alam NTB dan Sahabat Gema Alam kepada relawan Gema Alam NTB dari kalangan masyarakat di Mapaki, di Sembalun. Pertemuan dengan masyarakatpun dilakukan. 

Awal pembangunan Huntara sangatlah menarik. Tim Gemala Alam NTB dan Sahabat Gema Alam mempresentasikan konsep Huntara yang disambut prositif oleh masyarakat penyintas. Kesepakatan untuk membangun Huntara akhirnya dibuat. Lima calon pemilik Huntara diidentifikasi. Kesepakatan tentang perlunya swadaya disepakati. Dukungan dari Sahabat Gema Alam untuk mendanai 5 Huntara digalang. Biaya pembangunan Huntara dinilai  sekitar Rp 5 .000.000 per Huntara. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline