"Hopping Island TNS" - melayari 2 pulau besar dan 3 pulau kecil di Maluku ( Bagian 1)
Sebuah kisah perjuangan membangun fasilitas umum di Pulau Terisolir di Indonesia, Pulau Teon Kabupaten Maluku Tengah Propinsi Maluku.
Anda mungkin sempat membaca tulisan saya sebelumnya yang berjudul "Setelah 50 Tahun Penantian, Rumah Ibadah Pulau Teon - Mesa Diresmikan"
Semua itu bukanlah hal mudah yang dapat dikerjakan, apalagi terletak di sebuah pulau terisolir di Indonesia. Pulau yang dahulu dikenal sejak zaman penjajah, sebagai pulau penghasil rempah di Maluku.
Gugusan kepulauan yang berada di tengah-tengah Laut Banda yang luas dan dalam yaitu Pulau Teon, Pulau Nila dan Pulau Serua dan sering disebut singkat TNS.
Oleh pertimbangan pemerintah, penduduknya direlokasi pada tahun 1978, dipindahkan ke wilayah baru di Pulau Seram. Dengan alasan bahwa pulau tersebut berbahaya untuk dihuni, karena merupakan rangkaian pulau vulkanik. Sampai hari ini, sejarah pemindahan ini masih meninggalkan sejarah kelam.
Sekalipun telah direlokasi, sebagai anak cucu pemilik sah Hak Wilayat ( wilayah adat) ke tiga pulau tersebut tetap dijaga dan dipelihara oleh masyarakat TNS.
Sekalipun harus menempuh ber mil-mil laut lepas dari Pulau Seram ke tiga pulau itu. Setiap tahun adanya ritual Panen Raya Cengkeh dan Pala serta mengambil hasil lainnya termasuk perikanan sebagai sumber topangan ekonomi bagi keluarga di Waipia Pulau Seram.
Semua itu karena sejarah leluhur kami berasal dari sana. Dan sebagai anak cucu negeri, siapapun dia wajib memeliharanya. Sekalipun tidak sedikit gangguan dan ancaman yang datang menganggu keberadaan pulau.
Inilah sekilas latar belakang pendirian sebuah fasilitas umum atau rohani di Pulau Teon yang pada kenyataannya terdapat sejumlah orang mendiami pulau tesebut untuk menjaga hak wilayatnya, mencari nafkah dan juga mengelola hasil rempah, perikanan dll.