Semenjak 17 Agustus 1945 sampai sekarang nampaknya tidak terasa negara Indonesia sudah merdeka dari penjajahan selama 78 Tahun lamanya. Sudah sepatutnya kita sebagai warga negara Indonesia yang baik merayakan sisa usaha perjuangan pahlawan yang berjasa mempertahankan dan merebut negara ini dari para Penjajah. Lomba 17 an Agustus, Tumpengan, Bazar Murah, Ritual adat tertentu dan juga Karnaval merupakan kegiatan tahunan yang dilakukan guna mengenang jasa para pahlawan. Namun seiring berjalannya waktu hal hal seperti itu lambat laun berubah dengan dalih "Welcome to Modern Era".
yahh dengan ini penulis ingin membuat suatu pandangan terhadap kegiatan Karnaval yang dilakukan akhir akhir ini oleh sebagian besar rakyat Indonesia. Karnaval 17 an sejak awal berguna untuk mengenalkan kebudayaan dari daerah lain di Indonesia, saling mengenalkan dengan cara mengadakan parade dengan menggunakan pakaian adat, perlengkapan adat hingga Pertunjukan daerah, semua itu bertujuan untuk mengenalkan budaya dan bisa juga menjadi alternatif pembelajaran yang mudah, murah dan menarik untuk pelajar di Generasi muda ini. Mereka tidak harus melihat di tempat asalnya dan menikmati secara langsung.
namun, semua itu berubah menjadi ajang adu sound system hingga dijadikan ajang mabok bersama. yapp saya tidak salah ketik, saya pun pernah melihat dengan mata kepala saya sendiri saat karnaval digunakan untuk mabok sehingga sangat melenceng dari esensi karnaval kebudayaan itu sendiri. sejak awal karnaval itu memang untuk mengenalkan budaya. Bagaimana dengan adu soundsystem sendiri? Apakah saat berperang untuk kemerdekaan para pahlawan mendengarkan lagu house music baralunan DJ? tidak, tapi saat ini karnaval menjadi ajang saling adu soundsystem hingga tidak sedikit juga yang berpakaian semi terbuka dan menari nari. waduhh... kalau sudah begini siapa yang disalahkan dan bertanggungjawab ya?
Kota Kediri pada waktu lalu sempat terjadi pembubaran karnaval oleh polisi disebabkan banyaknya penyimpangan yang terjadi.. salut dengan kebijakan Pak Polisi saat itu, yang juga menggaungkan bahwasannya karnaval saat itu bukanlah budaya daerah. disisi lain banyak terjadi kerusakan diwaktu yang bersamaan. mulai dari kaca retak dan tembok retak akibat kencangnya audio soundsystem, terganggunya para lansia dan juga para Balita. mari berbenah kembali untuk menemukan esensi dari karnaval itu sendiri. Semua ada tempat dan waktunya masing-masing dan alangkah bijak apabila tidak mengsalahgunakan event untuk hal yang tidak sesuai.
Mari saling mengenalkan budaya Indonesia yang beragam. Bhinneka Tunggal Ika, Berbeda beda tetapi tetap satu jua Indonesia.
DIRGAHAYU INDONESIA 78, INDONESIA JAYA!!!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H