Bahasa Indonesia merupakan pembelajaran yang wajib ada disemua jenjang pendidikan. Bahasa Indonesia merupakan bahasa nasional bangsa Indonesia, sebagai bahasa persatuan, dan salah satu identitas bangsa Indonesia. Pembelajaran bahasa Indonesia menghendaki agar para siswa memahami secara mendalam dan menggunakan bahasa Indonesia dengan baik sesuai kaidah- kaidah yang ada. Penggunaan huruf kapital dan tanda baca merupakan aturan yang sangat penting untuk diperhatikan siswa. Permasalahan ejaan dan tanda baca acap kali dipandang sebagai permasalahan yang sepele.
Kesalahan penggunaan tanda baca merupakan bentuk kesalahan yang terjadi karena penggunaannya tidak sesuai dengan kaidah yang ada dalam PUEBI, penggunaan tanda baca yang salah dapat mengakibatkan kesalahpahaman dalam membaca/memaknai teks tersebut, seperti tidak menggunakan huruf kapital pada awal kalimat, tidak menggunakan tanda titik di akhir kalimat dan pada saat penulisan nama tidak menggunakan huruf kapital.
Dalam pembelajaran bahasa indonesia terdapat 4 keterampilan yaitu : keterampilan menulis, keterampilan membaca, keterampilan menyimak, dan keterampilan berbicara. Sebagai suatu keterampilan berbahasa, menulis merupakan suatu kegiatan penyampaian pesan dalam menggunakan bahasa tulis sebagai medianya. Keterampilan menulis selalu digunakan ketika pembelajaran berlangsung, maka keterampilan menulis dapat dikatakan sebagai penunjang dalam semua mata pelajaran. keberhasilan menulis dapat dipengaruhi oleh latihan yang berkelanjutan dan aktifitas langsung, minat dan motivasi siswa untuk menulis, instruksi dan arahan untuk menulis, serta pengetahuan tentang sastra yang ada
Melalui kegiatan menulis kita dapat mencari serta menguasai informasi sehubungan dengan topik yang kita tulis. Menulis mendorong siswa memproduksi gagasan-gagasan baru secara kreatif. Menulis melatih siswa menyeleksi bahan atau data atau temuan yang paling relevan untuk dihadirkan.
Tolak ukur seseorang yang terpelajar dapat ditentukan oleh karya tulis dari apa yang diciptakan. Keberhasilan pembelajaran menulis ditentukan oleh cara guru menyajikan pelajaran menulis. Atau dengan kalimat lain dikatakan bahwa pelaksanaan pembelajaran menulis adalah strategi guru dalam menyampaikan materi pembelajaran menulis di kelas untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Untuk menghasilkan tulisan yang baik terutama bagi penulis pemula (penulis pada tingkat sekolah dasar) diperlukan bimbingan dari guru dalam tahapan proses menulis, meliputi tahap: (1) prapenulisan, (2) penulisan draf, (3) perbaikan, dan (4) penyempurnaan.
Akan tetapi dalam sebuah penulisan, sering kita jumpai kesalahan dalam penggunaan tanda titik (.), misalnya seseorang menulis kemudian tidak menggunakan tanda titik pada akhir kalimat sehingga pembaca menyambung antara kalimat yang satu dengan kalimat berikutnya. Selain itu penghilangan tanda titik juga tidak memberi jeda sewaktu membaca tulisan yang akan berakibat kesalahpahaman atau salah arti.
Selain kesalahan dalam penggunaan tanda titik, juga sering dijumpai kesalahan dalam penggunaan tanda tanya (?). Sering dijumpai sebuah tulisan yang menggunakan tanda tanya pada akhir sebuah pernyataan sehingga seolah-olah penulis itu bertanya padahal itu sebuah pernyataan yang bersifat informasi sehingga tidak memerlukan jawaban. Sebaliknya, juga sering dijumpai tulisan yang tidak menggunakan tanda tanya pada akhir kalimat tanya sehingga pembaca dapat salah paham dan bingung, apakah kalimat tersebut sebuah pertanyaan atau hanya sebuah pernyataan.
Selain kesalahan penggunaan tanda titik dan tanda tanya, ada beberapa kesalahan-kesalahan penggunaan tanda baca lainnya yang sering muncul dalam sebuah tulisan. Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI) terdap 15 tanda baca yang masing-masing mempunyai fungsi berdasarkan bentuknya masing-masing yaitu: tanda titik (.), tanda koma (,), tanda titik koma (;), tanda titik dua (:), tanda hubung (-), tanda pisah (---), tanda elipsis (...), tanda tanya (?), tanda seru (!), tanda kurung ((...)), tanda kurung siku ([ ]), tanda petik ganda ("..."), tanda petik tunggal (' '), tanda garis miring (/), dan tanda penyingkat atau apostrof (').
Kesalahan penggunaan tanda baca disebabkan karena terkadang peserta didik maupun pendidik kurang memperhatikan penggunaan ejaan yang tepat, termasuk penggunaan tanda baca ketika menulis. Ketika menulis, cenderung pendidik dan peserta didik menganggap mudah atau tidak menghiraukan kesalahan-kesalahan seperti itu sehingga lama kelamaan menjadi terbiasa.
Berikut beberapa strategi pembelajaran keterampilan menulis dan memahami penggunaan tanda baca pada siswa dasar:
- Strategi Baca Individual (BI) diterapkan untuk menemukan kekurangan dan kesalahan sendiri. Penerapan strategi baca individual memberikan kesempatan kepada setiap siswa untuk membaca kembali draf tulisannya. Karena penggunaan tanda baca diikuti oleh intonasi pembacanya, jadi membaca kembali draf tulisan sendiri adalah cara untuk membebaskan diri dari rasa malu kepada teman atau guru karena kesalahan kesalahan yang dibuatnya.
- Strategi bahas bersama (BB) merupakan cara menyempurnakan tulisan melalui pembahasan secara bersama-sama secara klasikal.
- Strategi pertemuan individual (PI) merupakan cara untuk menemukan kesalahan dan kekurangan tulisan siswa dengan cara berkonsultasi kepada guru secara individual. Strategi itu dilakukan untuk memberikan kesempatan kepada siswa terutama bagi yang kurang berani mengambil resiko dalam menulis atau takut berbuat kesalahan. Melalui strategi pertemuan individual, kekurangan dan kesalahan siswa dalam draf tulisannya dapat didiskusikan langsung kepada guru secara aman tanpa merasa malu kepada teman-temannya.
Beberapa pengalaman belajar yang pernah saya rasakan selama saya mengajar di Sekolah Dasar : (1) menulis akan mudah bagi siswa jika dilakukan melalui bimbingan dan rangsangan yang diberikan oleh guru, (2) menulis sangat menyenangkan bagi siswa karena merasa bangga dapat berperan serta untuk menyumbangkan kalimatnya dalam menulis bersama, dan (3) siswa selalu ingin menulis karena akan mendapatkan penguatan dan pujian dari guru dan teman-temannya.
- Pertama, kegiatan menulis akan lebih mudah bagi siswa jika diawali dengan kegiatan bahasa lisan. Melalui kegiatan berbahasa lisan, siswa memiliki kesempatan untuk mengungkapkan kembali pengalaman bahasa yang dimiliki.
- Kedua, pembelajaran menulis berkaitan dengan pembelajaran membaca, menyi-mak, berbicara, dan sastra. Oleh karena itu untuk memulai menulis dapat dimulai dulu dengan kegiatan bercerita, bercakap-cakap, tanya jawab, atau curah pendapat.
- Ketiga, kesalahan merupakan bagian dari proses belajar. Melalui bimbingan guru dalam posisinya sebagai teman/mitra belajar siswa kesalahan itu akan disempurnakan oleh siswa.
- Keempat, kegiatan menulis secara nyata akan menyadarkan dan menimbulkan motivasi siswa menulis. Motivasi yang datang dari siswa (motivasi intrinsik) merupakan bekal yang baik untuk belajar dan turut mempengaruhi keberhasilan belajar.
Pelaksanaan pembelajaran menulis ditentukan oleh pengalaman dan kemampuan guru untuk menerapkan berbagai strategi pembelajaran dalam kegiatan berbahasa yang diorientasikan kepada siswa, sehingga belajar menjadi lebih bermakna dan mudah bagi siswa.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H