Lihat ke Halaman Asli

Alzena Levia

Mahasiswa/pelajar

Melawan Demam Berdarah Sebagai Tantangan Global dan Strategi Kesehatan Masyarakat untuk Masa Depan Sehat

Diperbarui: 16 September 2024   07:54

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

MELAWAN DEMAM BERDARAH SEBAGAI TANTANGAN GLOBAL DAN STRATEGI KESEHATAN MASYARAKAT UNTUK MASA DEPAN SEHAT

ALZENA LEVIA/191241130

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS AIRLANGGA

         Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit endemis yang beberapa tahun terakhir cenderung mengalami peningkatan kasus. Penyakit yang disebabkan oleh virus dengue dalam genus Flavivirus keluarga Flaviviridae kemudian ditransmisikan oleh nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus ini, pada minggu kedua tahun 2024 dilaporkan mengalami kenaikan mencapai 119.709 kasus. Kasus DBD ini lebih besar dibandingkan dengan tahun 2023 yang mencapai 114.470 kasus.

         Peningkatan kasus DBD masih menjadi masalah utama bagi Indonesia sebagai negara tropis yang memiliki dua musim yaitu musim kemarau dan musim hujan. Dua musim ini dapat memengaruhi aktivitas nyamuk untuk mentransmisikan virus dengue kepada manusia. Pada musim hujan, air hujan yang menggenang menciptakan habitat ideal bagi nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus. Telur nyamuk akan menetas ketika terendam di air. Sehingga dengan banyaknya genangan air maka semakin mudah nyamuk dalam berkembangbiak. 

Saat musim kemarau, genangan air memang sedikit, tetapi masih ada, tidak terganggu dan tidak mengalir, jadi nyamuk tetap bisa berkembangbiak. Selain itu, dengan suhu bumi yang semakin panas karena perubahan iklim, nyamuk mengalami perubahan siklus hidup. Dahulu, jentik nyamuk perlu waktu 12-14 hari untuk berubah menjadi nyamuk dewasa, sekarang jentik nyamuk hanya membutuhkan 9 hari saja. Hal ini membuat frekuensi makan nyamuk meningkat akibat bentuk tubuhnya yang masih prematur.

         Diperlukan adanya tindakan lebih lanjut untuk mencegah kasus DBD semakin meningkat. Para mahasiswa program studi Kesehatan Masyarakat, sebagai calon tenaga kesehatan yang bertugas untuk melakukan kegiatan preventif dan promotif memiliki strategi dan upaya yang dapat dilakukan untuk memberantas kasus DBD. Kegiatan yang pertama adalah pendekatan dan pemberian KIE (Komunikasi, Informasi dan Edukasi) ke setiap desa atau tempat terutama yang terdata memiliki kasus DBD paling banyak. Yang dapat mengikuti ini mulai dari remaja hingga lansia. 

Di dalamnya akan ada kegiatan  sosialisasi mengenai apa itu DBD, darimana asalnya, apa yang bisa menyebabkan DBD ini bisa menjadi penyakit serius, dampak apa yang ditimbulkan, mengapa perlu diadakannya penyuluhan pencegahan DBD, dan bagaimana tindakan untuk mencegah DBD. Kemudian, dilanjut dengan penyuluhan kesehatan oleh para ahli, memonitor berjalannya kegiatan tersebut dan mengevaluasi apakah kegiatan tersebut sudah berjalan dengan lancar atau ada kekurangan yang perlu diperbaiki untuk penyuluhan selanjutnya. 

Di kegiatan tersebut juga diadakan pre-test dan post-test untuk mengukur sejauh mana pengetahuan mereka mengenai DBD. Tes ini dapat dilakukan melalui gawai. Jika ada yang kesusahan menggunakan dan mengoperasikan gawai, akan ada pendampingan mahasiswa untuk membantu orang-orang yang belum bisa menggunakan gawai.

         Kegiatan kedua, para mahasiswa Kesehatan Masyarakat memanfaatkan teknologi dan media online untuk menyebarluaskan informasi mengenai demam berdarah dengue karena jangkauannya yang luas sehingga bisa sampai kepada siapapun. Ini bisa dilakukan dalam bentuk video, foto, poster, blog kesehatan dan iklan yang diunggah di media sosial atau media online.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline