Lambertus Laba Leumara (Chef Berto), atau yang akrab disapa Bela oleh keluarga dan teman masa kecilnya, lahir di sebuah desa kecil bernama Panama, Dusun Waqkio, Kabupaten Lembata, Nusa Tenggara Timur (NTT), pada 8 November 1978. Desa ini berada di ujung timur Provinsi NTT, jauh dari hiruk-pikuk kota besar. Bela tumbuh dalam lingkungan sederhana namun penuh kehangatan keluarga.
Sejak usia 7 bulan, Bela diasuh oleh kakek dan neneknya (Opa dan Oma) hingga usia 13 tahun. Kehidupan bersama mereka mengajarkan nilai-nilai kedisiplinan, kerja keras, dan ketulusan. Namun, masa kecilnya tidak lepas dari tantangan. Ketika ia berusia 8 tahun, sang ayah merantau meninggalkan keluarga, dan ibunya harus bekerja keras di kebun untuk menghidupi anak-anaknya. Saat itulah Bela mulai belajar tanggung jawab yang besar.
Masa Pendidikan: Membangun Fondasi Hidup
Bela mengenyam pendidikan dasar di desa Panama, kemudian melanjutkan ke SMP Mudakarya di Walanhsawah, sambil merawat tiga adiknya---dua perempuan dan satu laki-laki. Di usia remaja, ia menjadi sosok pengganti ayah dan ibu bagi adik-adiknya. Bela bangun pagi untuk menyiapkan makanan, mengurus rumah, dan tetap belajar dengan tekun di tengah keterbatasan. Bela pun belajar untuk mandiri, sebagai kakak dan pengasuh sangat mempengaruhi perjalanan hidupnya. Kehidupan di desa mengajarkan Bela untuk menghargai setiap usaha dan kerja keras. Kepribadian Bela yang penuh tanggung jawab dan mandiri berkembang sejak masa kecil, mengajarkannya bahwa hidup bukanlah hal yang mudah dan semuanya membutuhkan usaha dan kerja keras.
Setelah menyelesaikan pendidikan di SD dan SMP, Bela melanjutkan ke SMA Negeri Lewoleba, dan akhirnya lulus pada tahun 1997. Setelah itu, Bela melanjutkan ke Ambon untuk mengikuti Kursus Komputer dan Bahasa Inggris , di Pustikom, sebuah Lembaga Pelatihan, yang dibiayai oleh almarhum Bapak John Leumara, seorang anggota keluarga yang sangat berperan dalam perjalanan hidup Bela.
Langkah Awal dalam Dunia Kuliner
Pada tahun 1999, Bela melanjutkan pendidikan ke Malang, Jawa Timur, untuk mengikuti program D1 di bidang Perhotelan, dan lulus dengan baik. Meski perjalanan kuliahnya penuh tantangan, Bela tetap tekun dan berusaha keras untuk meraih impian-impiannya. Tidak lama setelah menyelesaikan studi, Bela memulai kariernya di dunia kuliner dengan bekerja sebagai Daily Worker di Hotel Kartika Graha Malang, sebagai Steward (bertugas mencuci perlaatan makan, kebersihan area dapur) selama enam bulan. Setelah itu, ia menjadi Karyawan Training di hotel yang sama selama setahun, dan mulai membangun fondasi awal di dunia profesi kuliner.
Pada tahun 2000, ia bekerja sebagai Cook Helper di sebuah restoran China di Blitar. Meskipun baru memulai, Bela tidak pernah menganggap pekerjaan itu remeh. Ia belajar dengan tekun, menghargai setiap kesempatan untuk mengasah keterampilannya, dan selalu berusaha memberikan yang terbaik.
Tahun berikutnya, ia mendapat kesempatan untuk bekerja di Ulam Seafood Restaurant di Nusa Dua, Bali, sebagai Cook. Pengalaman ini sangat berharga, karena Bela semakin mengasah keterampilannya dalam masakan seafood, yang kelak menjadi salah satu keahlian spesialnya. Setelah itu, pada tahun 2002, ia pindah ke Batu, Malang, untuk bekerja sebagai Cook di restoran lokal.
Pada tahun 2003, Bela melanjutkan perjalanan kariernya ke Jade Imperial Restaurant, Surabaya, sebagai Cook. Di sini, Bela mendapatkan banyak ilmu dan teknik memasak masakan Chinese yang sangat berharga dari Syfu atau guru-gurunya yang berasal dari Guandzhong, China. Mr. A Song, Mr. A Loy, dan Mr. A Cun, yang merupakan chef berpengalaman dari Tiongkok, mengajarkan Bela teknik-teknik dasar dan lanjutan dalam memasak masakan China. Bela belajar tidak hanya mengenai teknik memasak yang presisi dan berkualitas tinggi, tetapi juga tentang filosofi di balik masakan China yang mengutamakan keseimbangan rasa dan penggunaan bahan-bahan segar. Pengalaman ini memberi Bela bekal yang sangat penting untuk mengasah kemampuan memasaknya dan membangun kariernya lebih lanjut.
Bertahan selama tiga tahun di Surabaya, Bela semakin matang dalam dunia kuliner. Pada 2007, ia kembali ke Batu dan bergabung dengan Hotel Pondok Jatim Park, menjadi Assistant Chef yang pertama kali memegang tanggung jawab atas operasional dapur hotel.