Sumber gambar
https://pin.it/3WJdJZi
Aku Harus Kuat dan Tegar
Angin bertiup sangat kencang ada rasa khawatir terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Angin serupa puting beliung. Seng berulangkali berdebar-debar membuat jantung ikut berirama. Setelah keributan itu berlangsug selama lima menit, hujan pun turun. Lumayan deras dan berhasil menghentikan amukan badai yang sempat memporak-porandakan hati.
Sama halnya seperti yang aku alami saat ini. Setelah lima menit melihat, membaca dan sialnya aku menonton semua kelakuan binatangnya. Aku merasa terhina dan membuat hati terluka. Air mata pun tak henti mengalir. Seperti hujan gerimis dan awet selama satu minggu penuh. Luka tak berdarah namun sakitnya luar biasa.
Seperti diiris-iris pisau yang tajam. Sungguh sangat sakit dan ini sungguh tidak menggenakan. Kelakuan lelaki yang sudah berjanji di hadapan Tuhan dan jemaat. Tetap setia sampai mati dan maut memisahkan. Janji itu diucapkan dengan khusyuk dari hati yang terdalam.
Tapi setelah 8 tahun pernikahan lelaki yang sudah menjadi tulang rusukku tergoda wanita yang bersuami. Awalnya tidak yakin berita yang aku dengar. Dan tulang rusukku pun menyangkalnya. Berita itu tidak benar. Aku mulai luluh, namun masih ragu. Sebab dia sudah berubah. Sebelum mengenal perempuan itu, masih sering pulang ke rumah. Sekarang seolah-olah dia sudah lupa ingatan.
Bahkan buah hatinya yang selalu menghubungi lewat handphone jarang diangkatnya. Sungguh sangat menyebalkan. Lalu kebohongan itu pun terungkap. Ibarat nangka yang sedang diumpetin dalam peti. Sedikit demi sedikit tercium kemudian bisa ditemukan keberadaannya. Begitulah kisah perselingkuhannya yang selalu disangkal. Tetapi akal dan pikirannya sudah tercuci.
Meskipun sudah terbongkar perselingkuhan itu, lelaki yang disebut suamiku masih saja mengelak. Bahkan bukti video perbuatan tidak senonoh, tetap saja ditampiknya bahkan aku malah disalahkan.
Aku tidak bisa terima perbuatan yang menjijikkan, dan dia juga tidak terima juga bila disalahkan. Kesalahan ada padaku. Yang tidak pandai merawat diri. Dan paling menyakitkan, tangannya bahkan kakinya telah melukai raga. Aku sakit dan terhina. Rasa sakit hati masih ada hingga sekarang. Bahkan timbul keinginan untuk pergi selamanya dan membawa buah hati. Namun aku masih merasa cinta dan sayang padanya. Entahlah aku benci diri ini. Sudah disakiti masih saja mau menjadi istrinya. Menjadi bulan-bulanan bahkan sang pelakor pun ikut-ikutan menyakitiku. Jika bukan karena buah hati, mungkin aku sudah terbujur kaku.
Perempuan yang berhasil merebut suami dariku sudah tidak punya hati. Bahkan dengan terang-terangan menelepon jangan banyak tingkah. Hingga suami yang dulunya tidak pernah memukulku kini sudah membuat hati dan raga hancur lebur. Bahkan lelakiku menyuruh agar aku harus langsing seperti masih gadis di masa awal bertemu. Pergumulan batin sangat mendera, menguras air mata dan tenaga.
Aku terjatuh di lembah derita dan sangat kelam serta pekat. Derita ini menyita seluruh perhatianku. Bahkan selera makan pun lenyap. Benar saja yang diminta lelakiku, setiap hari semakin susut sudah berat badan. Timbangan yang mencapai 75 kg kini sudah 60. Lelakiku berhasil membuat aku langsing sesuai permintaannya.