Lihat ke Halaman Asli

Menjadi Abu dan Debu

Diperbarui: 1 Februari 2023   16:02

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dok elisebrave.deviantart.com via Pinterest

Menjadi Abu dan Debu

Keredam amarah yang kembali hadir
Karena telah melihat sesuatu yang menyakitkan. Jantung serasa tertusuk pisau yang tajam . Kemarahan itu meletup-letup seperti gunung Merapi. Lalu aku terdiam. 

Duduk merenung di antara lembaran kertas yang berwarna-warni. Memanggilku agar segera menuntaskan dan mengembalikan ke yang bersangkutan. Kobaran api semangat yang tadi sempat menyala kini tinggal bara dan mulai redup. Loyo dan lunglai. Aku terluka lagi dan ini sangat sakit dari yang sebelumnya. 

Selama ini aku sudah tidak mau memperhatikannya. Sudah kuanggap tiada. Tapi hari ini dia terlihat lagi dan lalu lalang di depan mata. Dia selalu berkata : "sabar di dalam kekurangan kita harus semangat"

Lalu yang terdiam di beranda dengan harga yang diluar jangkauan bisa diraihnya, sangat takjub dalam kekurangan bisa memiliki harga yang terbilang melejit. Welahdalah

Kuelus lagi dada yang sempat berapi-api. Jangan lupa selalu tampil bahagia. Tetap bersyukur meskipun telah berulangkali dikibuli. Tiada yang abadi yang abadi hanya janji Sang Maha Kuasa. Kelak roda berputar dan dia akan menjadi abu dan debu.

Erina Purba

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline