Hujan Berhentilah
Senja berwarna kehitaman menggelayut di langit. Emak Erni dengan mulut komat-kamit, seperti biasa ceramah atau biasa disebut ngomel. Penyebabnya si kakak minta ikut. Padahal si kakak masih ujian. Emak Erni sambil beres-beres merapikan tas dan masih sempat memberikan mandat kepada kedua anaknya agar rumah dibersihkan dan dirapikan.
Emak Erni keluar dari rumah, mampir ke rumah Emak Juan. Mereka mau pergi latihan natal di gereja. Sangat lumayan jauh dari perumahan. Udara malam tidak bagus bagi anak-anak makanya mereka ditinggal di rumah.
Bersyukur ada fasilitas perumahan menyediakan angkutan memudahkan kedua emak itu bisa mengikuti latihan natal. Penuh semangat meskipun diliputi rasa khawatir meninggalkan anak di rumah dan di perjalanan diguyur hujan deras.
Hujan sekelebat bayangan bertambah deras, hati mulai kecut. Memikirkan bagaimana nanti turun berhubung dua-duanya tidak membawa payung. Berjalan masih tertatih-tatih, kaki Emak Erni masih sering ngilu apalagi bila hujan turun.
Hujan berhentilah terucap masing-masing di dalam hati.
Berharap cemas hujan reda berhubung Emak Erni masih berjalan penuh hati-hati. Tak lupa juga sahabatnya tak melepaskan pegangan tangannya. Dengan penuh keberanian kedua emak itu menyebrang menuju Gereja. Ada sekitar 300 meter dari jalan raya. Bagi Emak Erni itu lumayan perjalanan jauh tapi tidak dihiraukannya. Dan merasa bersyukur hujan berangsur-angsur reda. Rintiknya membasahi baju. Sedikit basah memang. Bergandengan tangan berjalan menuju rumah Tuhan. Emak Erni berpayungkan helm. Sebab pulangnya bersama suami naik motor. Sedangkan Emak Juan berpayungkan tas yang disandangnya.
Ada rasa bahagia bisa mengikuti kegiatan natal pada tahun ini. Senang rasanya meskipun latihan malam hari dan jauh dari rumah. Kerinduan itu mengalahkan segalanya. Suasana natal telah terasa di penghujung November.
Desember telah tiba sambutlah Dia dengan nyanyian dan rebana.
Natal telah tiba, bersoraklah.
Erina Purba