Lihat ke Halaman Asli

Ulang Tahun Ayah yang Hilang

Diperbarui: 1 Juli 2022   09:41

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber gambar
https://pin.it/4KZzNKC

Ulang Tahun Ayah yang Hilang


Teringat masa kecil ketika Ayah masih ada sebelum peti itu membungkus Ayah dan ditimbun oleh tanah.
Sayup-sayup terdengar desir angin dan dedaunan mulai menari tertiup angin.
Berdua dengan ayah berkisah tentang hari yang sudah aku lewati. Bercerita dengan Ayah tiada habisnya. Ada saja kisah yang membuat aku ingin selalu bersama Ayah.

Kedekatan itu hanya sebentar tapi penuh makna. Melekat di sanubari. Tak pernah lekang oleh waktu. Senyum dan suara bariton Ayah masih terngiang. Suatu hari Ayah menghampiri, bahwa akan dibangun sekolah dekat rumah kami. Dengan wajah berbinar-binar dia berharap kelak aku sekolah di sana. Padahal saat itu aku masih kelas dua SD. Sedangkan gedung SMP itu masih baru dibangun pembatas.

Hingga saat itu tiba, penyakit Ayah sudah parah. Tepat di hari ulang tahunnya. Dan itu pun tiada yang tahu termasuk kedua kakakku. Semasa kecil aku dan kedua orang kakak tidak pernah ada perayaan ulang tahun. Bahkan mengingat tanggal lahir sekalipun. Ayah sudah lama sakit dari mulai aku bisa ingat. Sampai saat maut itu datang,  aku sudah kelas lima SD. 

Perkataan ayah ketika sekolah SMP mau dibangun terkabul. Tetapi Ayah sudah tiada. Padahal dulu Ayah berkata : "Jika kau nanti sekolah di sana Ayah akan panggil kamu dari jauh." Seketika air mata mengalir teringat akan senyum hangat Ayah.

Setelah berpuluh tahun berlalu, aku baru menyadari. Ulang tahun Ayah tidak pernah aku tahu. Setelah menikah dan punya anak. Ziarah ke pusara Ayah. Ternyata tanggal lahir dan kematiannya sama di batu nisan. Aku tergugu tersedu-sedu. 

Bibir ini tak pernah berucap selamat ulang tahun untuk Ayah. Tiada kenangan ucapan ulang tahun bahkan perayaannya. Sesuatu yang hilang semasa hidup bersama Ayah. Hal sederhana tapi berdampak besar. 

Kenangan itu terasa pahit. Sungguh rindu pelukan  hangat Ayah, sudah puluhan tahun berlalu. Dan untuk keluarga kecilku. Setiap hari ulang tahun keluarga, setiap tahun diusahakan agar selalu dirayakan. Walaupun secara sederhana. Hanya keluarga kecilku saja. Meniup lilin dan kue ulang tahun sudah tradisi.

Bekasi, 22 Juni 2022




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline