Lihat ke Halaman Asli

Bakcang dan Suzuke

Diperbarui: 31 Januari 2022   22:03

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber gambar: https://daharyuuk.wordpress.com/2020/07/12/kue-bacang-sejarah-dan-filosofinya/

Bacang dan  Suzuke

Sore kemerah-merahan menemani Suzuke mengumpulkan daun bambu. Daun bambu menjelang perayaan Imlek semakin mahal. Tidak hanya itu sumpit juga yang mereka alis sampai halus agar tampil bersih dan rapi.

Suzuke anak sulung dari Emak Jamika tinggal di perkampungan yang dominan pekerja penganyam keranjang bambu. Bambu banyak kegunaannya. Sehari-hari mereka menganyam bambu untuk tempat buah jeruk. Di kampung mereka masih asri. Banyak petani yang masih menghasilkan jeruk. Mereka punya lahan yang luas.

Kehidupan Suzuke semakin susah sejak ayahnya meninggal tiga tahun lalu. Hidup irit dan prihatin dialaminya setiap hari.  Emak Jamika  adalah keturunan Tionghoa yang transmigrasi ke Sumatra Utara. Mereka tinggal di kampung Dalig Raya Simalungun. Walaupun sudah lama menjadi orang Batak. Mereka selalu merayakan Imlek dengan saudara yang tinggal di Medan.

Suzuke sudah membayangkan kue bacang yang berisi daging babi dan sangat enak. Kue keranjang. Permen yang enak-enak dan jeruk super yang rasanya sangat manis seperti gula. Hari raya Imlek paling ditunggu-tunggu.

Tidak hanya itu angpao merah dari kakek dan nenek serta paman dan bibi saudara dari emaknya.

Suzuke mengusap peluh di keningnya menggunakan punggung lengannya. Daun bambu sudah terkumpul di dalam karung beras yang berisi 50 kg. Dia bersama teman-teman sebayanya. Mengumpulkan daun bambu agar bisa menabung untuk ongkos ke Medan. Empat jam perjalanan dari kampung mereka menuju Medan. Mereka naik bis.

"Mak, aku sudah tidak sabar, ingin cepat berlalu. Aku ingin segera berlibur ke Medan," Suzuke sambil merapikan daun bambu yang dikumpulkannya mulai dari Senin sepulang sekolah. Besok adalah hari Sabtu merupakan hari pekan. Dan bambu itu segera dikirim langsung ke Medan.

"Iya, kamu sudah merapikan baju untuk menginap di sana. Baju adikmu sekalian ya. Ujar Emak lagi mengingatkan Suzuke.

Setelah beberapa minggu kemudian dua hari sebelum hari raya Imlek mereka bertiga sudah berangkat menuju terminal dan naik bis jurusan  Amplas Medan. Tidak berapa jauh dari terminal rumah kakek dan nenek.

Paman dan bibi serta saudara yang lain sudah sibuk menyiapkan beberapa makanan. Termasuk bakcang kesukaan Suzuke. Dia sangat menantikannya. Malam Perayaan Imlek pun ramai. Sanak saudara berkumpul. Suzuke sangat senang. Dia ikut memakai baju merah khas baju Tionghoa. Pipinya juga merona merah. Perutnya kenyang tak lupa makanan kesukaannya bakcang.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline