Lihat ke Halaman Asli

Kadar Cinta Setelah Berumah Tangga

Diperbarui: 6 Juni 2021   07:45

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber gambar: Pinterest/Dabian

Banyak hal yang telah kita lalui, terutama di masa pandemi. Kesulitan keuangan bahkan banyak usaha yang mengalami kebangkrutan. Sehingga memicu keretakan rumah tangga. Kadar cinta mulai berkurang. Cinta ibarat emas murni, seratus persen terbuat dari emas, bukan sepuhan. Memiliki cinta berkadar emas murni walaupun badai topan menghadang tetap setia sampai maut memisahkan.

Cinta adalah ikatan dua hati. Menyatukan dua hati antara pria dan wanita. Merasakan cinta tumbuh dan berbalas merupakan hal yang sangat membahagiakan. Bahkan kadang rasa itu terbang ke langit ketujuh.
Semua janji dari mulut keluar dan menyakinkan pasangan tetap setia walaupun ombak badai menghampiri.

Tak jarang kita temukan beberapa orang yang ingkar janji. Lupa janji suci di depan pendeta dan jemaat. Setia sampai mati sampai maut memisahkan.

Awal berumah tangga cinta itu masih manis semanis madu. Kemudian bertambah tanggungjawab kadar cinta mulai berkurang. Terjadilah selisih paham. Mulailah timbul riak kecil. Semakin lama menjadi gelombang yang dahsyat. Apalagi mulai tumbuh rasa egois. Merasa sudah hebat. Bisa menghidupi keluarga dan bekerja sendirian.

Keharmonisan rumah tangga terjalin apabila sesama pasangan saling melengkapi. Saling menghormati, menghargai. Terlebih kita sebagai perempuan. Menghargai suami sebagai kepala keluarga. Walaupun saat itu kehidupan terbalik. Sang istri sebagai pencari nafkah. Beberapa orang tetap menghargai sang suami walaupun sakit dan tidak berdaya.

Ya itu tadi, kadar cinta yang dimilikinya seratus persen tidak bakal luntur. Suami walaupun tidak berdaya tetap sebagai kepala keluarga. Tetap sebagai tiang penyangga keluarga. Sedangkan istri sebagai tiang doa. Menghormati suami dan selalu mendoakannya niscaya pasti berhasil. Bersama-sama mengayuh bahtera walaupun gelombang pasang surut menghampiri.

Beberapa orang lupa akan kadar cinta yang bergelora. Cinta hanya manis di awal. Beberapa tahun kemudian cinta menuntut lebih. Ingin memiliki dunia. Padahal sang suami tidak sanggup.

 Kadar cinta mulai berkurang berawal dari :

1.  Merasa tidak ada artinya hidup bersama.

2. Keegoisan mulai muncul, lebih baik hidup sendiri daripada menderita.
 
 3. Pertikaian terjadi, pertengkaran hampir setiap hari.
 
 4. Kedamaian mulai hilang. Cinta mulai lenyap. Janji tinggal janji.
 
 5. Cinta diganti dengan keangkuhan dan keegoisan.

Hal-hal seperti itu memicu retaknya rumah tangga. Maka terjadilah perceraian.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline